No Is Not Enough merangkum tiga buku Klein sebelumnya, No Logo, Shock Doctrine, This Changes Everything dalam personafikasi Donald Trump. Trump kata Klein adalah superbrand of evil, semua hal yang dia sebutkan di dalam tiga buku sebelumnya ada di dalam Trump, ketika dia terpilih. Trump the superbrand of evil, seorang yang mengatakan ‘Saya KAYA! Saya akan menyelesaikan masalahmu, saya akan memberikanmu pekerjaan.’ Pekerjaan yang selama dalam kampanyenya disebut telah direbut dari warga kulit putih oleh kaum imigran. Trump yang menyebut muslim adalah teroris dan orang meksiko adalah pemerkosa. Trump yang bisa mencomot kemaluan perempuan mana saja, kapan saja dia mau. Trump adalah segala keburukan yang menakutan, xenophobic, rasis, bigot dan lelaki yang suka merendahkan perempuan. Trump, presiden Amerika serikat. Apakah Trump mewakili manusia Amerika? Tidak, bahkan pelantikannya pun tak banyak dihadiri warga Amerika. Protes demi protes terus dilakukan, impeachment disiapkan. Kata Klein, ini Shock bentuk baru, tak harus ditakukan, tapi harus dilawan.
George Orwel di 1984 menuliskan fiksi tapi seolah menjadi manual bagi pemerintah authoritarian dan istilah Big Brothers tepat digunakan di masa digital ketika Amerika, Cina dan mungkin saja Indonesia memantau warganya lewat kegiatan mereka di dunia maya. Maka buku ini NO is Not Enough juga mestinya bisa dijadikan manual apa yang bisa kita lakukan untuk melawan kapitalisme, neo kapitalisme yang terus merusak lingkungan. Apakah demi peningkatan ekonomi sekarang, masa depan anak-anak kita dipertaruhkan? Mestinya pembangunan tak harus mengorbankan lingkungan, keduanya bisa jalan beringinan. Kalau strateginya tepat.
Klein bagian dari mereka yang percaya bahwa pembangunan bisa dilakukan dari tingkat lokal, komunitas, membiarkan masyarakat lokal mandiri justru manfaat bagi dua hal, peningkatan ekonomi dan perlindungan lingkungan. Mandiri secara energi adalah salah satu kuncian melawan kerusakan lingkungan oleh perusahaan energi fosil yang selama ini menguasai politik dunia. Jerman dan Denmark melakukannya. 30% energi Jerman disuplai dari energi terbarukan yang dikembangkan secara desentralisasi, dan persentasenya terus meningkat. Hampir 80% energi Denmark disuplai dari matahari dan angin. Kerjasama bilateral daripada multilateral menjadi strategi yang lebih baik untuk mengontrol kerusakan.
Perlawanan black lives matter, march for science, occupy dan gerakan feminisme, jangan berhenti. Tetaplah disuarakan, tetaplah menjadi populis, sambil menyiapkan strategi nyata perubahan kebijakan di tingkat pemerintahan. Cape, iyalah, kata Klein. Tapi mereka yang melakukan kerusakan, tidak pernah cape untuk terus merusak atas nama peningkatan ekonomi.
Klein bukan ekonom yang membuncah ruah omongan dengan data statistic yang membuat membacanya merasa bodoh karena tak mengerti angka. Percayalah saya membaca buku yang ditulis Younis Varouskis, bekas Menteri keuangan Yunani yang menolak austerity dan kucuran dana dari Bank Central Eropa, pusing, iya saya bodoh,ga ngerti soal ekonomi, syurkur Younis memberikan alasan paling masuk akal kenapa dia menolak itu. Pilihannya, memberikan kekayaan pada satu persen kapitalis dunia, atau menyelamatkan kedaulatan bangsa dan ekonomi kerakyatan di masa depan, meski jalan ke sana pelan-pelan.
Buku ini bercerita tentang bagaimana kita sampai pada hari ini dan membuat Trump terpilih. Ada andil kita di sana, dengan membiarkan kerusakan terus terjadi, dengan membiarkan segelintir orang menikmati kekayaan dan merugikan orang lain, yang termarjinalkan termasuk alam sekitar.
Klein seorang ibu yang menginginkan anaknya untuk bisa melihat alam yang hijau royo royo, bermain dengan ikan saat menyelam, menikmati terumbu karang. Barangkali mimpi Klein tak sama dengan orang tua kapitalis, entah apa yang mereka tabungkan untuk masa depan anaknya selain warisan dan membesarkan mereka seperti keluarga trump, semua selesai dengan kekayaan. Horanga kayah.
Tapi sebelum kita bergerak melawan kerusakan, pastikan kita mengalahkan Trump dalam diri kita sendiri, kata Klein. Trump adalah kumpulan pribadi jahat yang hadir dalam setiap diri kita. Pernah kita rasis? Pasti pernah. Pernah kita serakah? Iya. Xenophobic? Bigot? Melecehkan perempuan? Iya… kalau kita tak ingin melihat Trump menguasai dunia, kalahkan dia di dalam diri sendri.
Melihat dari gaya penulisannya, Klein penuh emosi di buku ini. Kalau di tiga buku sebelumnya dia mengeluarkan banyak kutipan narasumber, di sini, lebih banyak analisa dia. Tapi seperti Michael Stipe di cover belakang bilang, siapa yang paling tepat mewakili uneg uneg selain Klein yang sudah menuliskan tentang Shock Doctrine, Perubahan Iklim dan kapitalisme lewat logo. Risetnya belasan tahun bukan hal yang sembarangan untuk diabaikan.
Semoga bukunya bisa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia supaya kita bisa menikmatinya bersama.