Membaca artikel di mojok.co (http://mojok.co/2015/09/sarjana-abal-abal-memangnya-anda-bukan/) rasanya tertohok. Begitu mudah kita menghina orang lain tanpa berkaca.
Saya termasuk orang yang beruntung, sungguh beruntung. Meski bukan sekolah di tempat terbaik, tapi sudah pasti bukan yang buruk. S1 di Universitas Indonesia dengan beasiswa dan S2 sedang berjalan di sini, di London atas beasiswa Chevening. Kalau bukan karena beruntung apalagi namanya? Karena itu saya bersyukur, sangat bersyukur.
Saya tahu persis rasanya punya keinginan setinggi langit tapi kemampuan finansial tipis. Bapak sempat menyerah, kuliah saja nanti kalau kamu sudah mampu membiayai dirimu sendiri. Kalau bukan dibantu beasiswa, kuliah saya bisa saja berhenti di tahun kedua, persis saat bapak pensiun dan ibu cuma bisa bantu kebutuhan seharihari dengan dagang sayuran di rumah. Ke kampus berbekal jualan lauk untuk bisa balik ke rumah.
Saya menunda keinginan bertahun-tahun untuk meneruskan kuliah master karena harga kuliah di Indonesia itu bangsat banget mahalnya. Kuliah dengan biaya belasan juta persemester itu darimana dapatnya untuk saya yang kerjanya aja volunteer dimana-mana, minta beasiswa ke salah satu kampus pun tak pernah dijawab. Bangsat ga tuh….
Pendidikan di Indonesia itu ujung-ujungnya cuma untuk orang kaya, orang yang punya kemampuan bisa sekolah sampai teler. Mereka yang secukupnya, megapmegap buat bisa dapat pendidikan dari SMA sampai sarjana. Buat saya ga ada orang bodoh, mereka yang punya keinginana untuk sekolah ya seharusnya dibantu, persetan dengan latar belakang ekonomi, karena adalah hak setiap orang untuk berilmu.
Lalu kalau melihat begitu mudahnya ngejembreng ijazah lulusan luar negeri atau universitas ternama mendapatkan tempat di berbagai posisi itu juga rasanya ga adil. Karena kompentensi ga semata tertera di atas kertas.
Gegara semudah itu menilai orang dengan ijazah maka ga heran kalau ijazah palsu dijual kayak kacang goreng. Makan tuh ijazah. Sementara ada lagi sebagian orang lainnya kuliah di kampus yang murah karena cuma segitu yang mereka mampu beri untuk ilmu. Tapi demi tuhan, jangan kasih mereka ilmu yang murahan dan seadanya. Mereka ini adalah pejuang, menyisihkan dari sedikit penghasilan untuk bisa menuntut ilmu. Sementara negeri ini sampai hari ini belum mampu menjalankan kewajibannya memberikan pendidikan yang terjangkau.
Seperti dalam artikel di mojok.co saya tidak bangga menjadi lulusan dari kampus yang melahirkan banyak koruptor di negeri ini. Semoga saya tetap dijaga untuk tetap dalam jalur yang benar. Dan ilmu dari negeri seberang ini kawan, insya Allah akan dibagi untuk kamu yang ingin sama-sama belajar dan mengabdi untuk negeri ini.