Tidur akhir pekan saya kali ini sungguh terganggu usai menonton debat semalam. Saya kira tak akan ada hal baru yang ditanyakan karena jawaban semua paslon ya itu-itu aja sejak debat pertama. Apa pun pertanyaannya, jawabannya ga jauh dari perumahan apung yang dan 1 minyar untuk RW oleh Agus, foto cantik hasil penggusuran bantaran kali dan KaliJodo yang jadi andalan Ahok, dan kartu Ok Oce yang jadi andalan Sandi serta dakwah Anies tentang Narkoba.
Begitu menyimak kembali text di layar TV tentang tema debat ‘ Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak’ saya langsung meradang. Seperti Jaka Sembung bawa golok, kaga nyambung G**…. Saya langsung sedih, sesedih sedihnya…
Belum selesai saya meringis melihat timeline FB saya yang bersih dari komentar soal penampilan moderator. Kalau moderatornya perempuan yaitu Ira Kusno, bukan isi debat yang muncul di status, tapi soal kecantikannya, usianya yang lebih dari 40 tahun dan status perkawinannya… what the fuck! Tidak ada satu timeline di FB yang mengomentari bagaimana cara Ira memimpin debat pertama yang menurut saya ketika itu terlalu grogi dan kaku dengan suara melengking yang bikin kuping saya terganggu. Sementara debat malam ini dipimpin oleh Alvito dan semua HANYA membahas isi debat! Tak ada yang mengomentari semakin klimisnya rambut Alvito, dan menurut saya Alvito lebih luwes memimpin debat.
Nyata betul bahwa perempuan cuma dianggap aksesoris layar kaca apapun latar belakang pendidikannya, segimana pun pintar dan berprestasinya dia!
Kembali ke tema debat tentang pemberdayaan perempuan malam ini.
Tidak ada dari tiga paslon yang keluar dengan program brilliant untuk melakukan pemberdayaan perempuan. Semuanya focus pada pemberdayaan PKK! Anies yang saya dengar sempat menyebut tentang banyaknya komunitas perempuan di DKI, eh sayang ujungnya meruncing lagi pada peran PKK!
Tidak ada yang salah dengan PKK, kecuali selama ini peran perempuan hanya dikerdilkan lewat PKK di ranah domestic! Mengurusi kesehatan anak dan membina keluarga. Itu artinya perempuan masih dianggap tak pantas ada di ranah public!!
Mpok Silvi saya rasa juga hanya dipasang sebagai templokan ada terlihat mewakili perempuan, padahal tidak sama sekali. Maaf ya mpok. Tidak apa apa. Bicara perempuan di panggung tadi malam, cuma ada Mpok Silvi, selebihnya lelaki, ga papa…mengutip teman-teman perjuangan, yang penting ada dulu aja nit, soal isi masih bisa dibenerin nanti… itu yang terjadi di kuota 30% perempuan di Parlemen!
Atau jangan-jangan pertanyaan tentang pemberdayaan perempuan juga hanya dimunculkan agar Nampak sebagai bentuk kepedulian tanpa tahu bahwa pertanyaan itu begitu sensitive?
Tentang bagaimana perempuan berdaya sebenarnya paling gampang melihat pada Gender Development Index, atau Indeks Pembangunan Gender, dia akan selalu hadir bersama dengan Indeks Pembangunan Manusia… oops, IPM ini sudah disebut padahal di debat satu. Tapi malam ini, para paslon lagilagi cuma focus pada:
- PKK
- Ahok yang marahin seorang ibuk – buat saya tak ada justifikasi untuk ini, apa pun alasannya.
- Foto dengan ibuk-ibuk sebagai indikasi kepedulian terhadap perempuan
Aaaahhh…. Saya sedih 😥
Dalam level nasional yang datanya diambil dari UNDP 2014 (http://hdr.undp.org/en/data) Indonesia ada di Medium Value of Indeks Pembangunan Manusia dan dalam Indeks Pembangunan Gender masuk dalam grup 3 atau di Medium Equality dalam IPM antara perempuan dan laki-laki. Informasi apa saja yang ditampilkan dalam GDI?
- Jumlah kematian ibu melahirkan (kematian per 100.000 kelahiran)
- Jumlah usia perempuan melahirkan ( per 1000 perempuan berusia antara 15-19)
- Jumlah kursi di parlemen yang dimiliki perempuan. Tahun 2014 masih 17% dari 30% kuota nasional.
- Tingkat pendidikan perempuan
- Jumlah penyerapan tenaga kerja perempuan
Itu semua ada angkanya! Dari level nasional, semestinya semua paslon bisa dong melihat angka di tingkat provinsi lalu berdebat lah sesuai dengan tema yang ditentukan! Haloooo
Diluar dari 5 indikator di atas, persoalan perempuan lainnya adalah tentang KDRT – Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang mestinya sih datanya gampang dicari, ini Jakarta Om dan Tante! Tentang perburuhan anak, apa kabar anak-anak pemulung yang jumlahnya ribuan di Jakarta. Tentang Perdagangan Manusia terutama perempuan dan anak di Jakarta….
Semua datanya bisa dicari. Jadi pengen tahu bagaimana perasaan kawan-kawan LSM Perempuan di Jakarta yang seperti tak dianggap ini.
No! waktunya tidak akan cukup untuk menjelaskan hal di atas.. really?!
Ini bukan soal waktu yang tidak cukup untuk menjelaskan program nyata apa yang akan dilakukan para paslon untuk pemberdayaan perempuan. Ini soal ketiadaan perspektif gender pada ketiga pasangan calon Gubernur DKI yang bakal memimpin Jakarta, barometer pembangunan Indonesia. Menyedihkan!
Waktu pun habis untuk saling serang dan bertahan pada persoalan yang menyerang pribadi, bukan mendebat isi program. Sedih saya ketika bicara perempuan, mereka menunjuk pada istri dan ibu juga ketua PKK tok.
Sebagai perempuan belum akan berkeluarga, kritis dengan persoalan social dan politik, the wander lust, dan masih punya semangat untuk terus belajar, saya merasa tidak ada, tak terwakili dalam politik negeri ini.