
Terakhir Kate Raworth mengajak kita untuk menjadi orang yang agnostik, skeptis pada growth atau pertumbuhan yang selalu menjadi ukuran perekonomian negara dan dunia. Ini bahaya kata Raworth karena tidak ada satu pun ekonom yang saat ini ada mampu menjelaskan Apa Rencana Jangka Panjang Dari Petumbuhan GDP? Ekonom abad 20 melihat pertumbuhan tidak dapat berhenti, harus tumbuh, padahal tidak ada satupun di dunia yang tumbuh selamanya.
Hari ini yang kita butuhkan adalah ekonomi yang membuat kita berkembang, tanpa harus bertumbuh.
Menjadi Agonistik yang dimaksud Raworth dalam buku ini dalam hal merancang ekonomi yang mempromosikan kesejahteraan manusia, yang tidak terpengaruh apakah GDP naik, turun atau stagnan. Ini pekerjaan yang tidak mudah terutama bagi negara yang sudah lebih dahulu maju, bagaimana membuat model keuangan, politik dan struktur sosial yang sudah menyandu GDP untuk bergerak, dan berpikir di luar konsep GDP. Konsep Green Growth, tentang bertumbuh dan melestarikan alam hanya bisa dilakukan di negara-negara berkembang, atau yang pendapatannya rendah. Mereka masih punya peluang untuk menyelamatkan alam dengan konsep ekonomi yang berkembang tanpa harus bertumbuh. Tapi di negara maju yang sudah ‘rusak’ pekerjaan ini menjadi berat.
Raworth percaya ini bisa dilakukan, terlepas dari semua perdebatan – terutama dari kepentingan politik dan bisnis. Meski diakhir perdebatan, namanya tetap GDP, dia berharap, di abad 21 ini, setiap produk dan jasa yang dihasilkan bukan sekedar produk dan jasa yang dinilai semata-mata dari sisi ekonomi, tapi sudah merangkum keseluruhan aspek dalam siklus kehidupan, membuat ekonomi berkembang, tidak sekedar bertumbuh. Ekonomi abad 21 bergerak pada siklus distribusi yang adil, proses ekonomi yang regeneratif, dan agnostik pada pertumbuhan.
Lalu pakai ukuran apa jika GDP tidak tersebut dalam ukuran pertumbuhan ekonomi dunia? Bhutan mengunakan Gross National Happines untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakatnya, dan Selandia Baru menggunakan istilah lain, bahkan PBB mengeluarkan indeks kebahagiaan dan daftar negara-negara yang berbahagia setiap tahunnya.
Pakai ukuran apa? Kembali ke table 1 dan 2 di bagian pertama review buku Doughnut Economy oleh Kate Raworth.
Indonesia, mungkin saatnya meninggalkan GDP dan beralih pada GNH … are we happy enough?