
Malam tadi ada pocong kata ibukku. Orang-orang berteriak sepanjang gang di depan rumah, “ada pocong, ada pocong.” Kata ibuk, “kamu salah lihat kali? Siapa tahu itu ibu-ibu keluar pakai mukena.” Seorang dari mereka dengan air muka kesal menjawab, “terserah ibuk kalau tak percaya. Saya lihat juga pocong itu.”
Manusia itu memang egois. Sudah diberi semesta siang buat beraktivitas, diambilnya juga jatah setan gembira di malam hari. Kenapa manusia harus bekerja 24 jam? Kenapa toko-toko ini harus buka 24 jam? Seolah tak ada kesempatan buat otak-otak manusia beristirahat, merebah lelah, bercinta kek, kalau tak dengan pasangan, barangkali dengan jari tangan. Apa saja asal tak mengganggu jatah setan beraktivitas di malam hari.
Jika suatu saat, jodoh mempertemukan setan dan manusia di satu masa, kenapa manusia merasa yang paling patut untuk takut? Kamu pikir setan tak takut pada manusia yang paling sering menjarah rumah-rumah mereka. Pohon besar tempat uncang uncang kaki ditebang manusia untuk kantor, untuk rumah, dan apartemen. Tempat-tempat lembab dan gelap, malah sengaja diberi terang, jumpa jampi matra gosip hingga tengah malam. Kamu pikir siapa yang paling dirugikan di dunia ini? Setan, bukan manusia. Padahal keduanya diciptakan dengan dunianya masing-masing. Siapa yang paling merugi… aku… aku… kata setan.
Ketika hal buruk terjadi, setan yang selalu disalahkan. Dasar setan kau! Hatimu setan, otakmu setan. Ini perbuatan setan. Manusia tidak adil! Dialah makluk yang kata semesta paling mulia karena diberi akal. Ketika akal gagal dipakai, kenapa setan yang disalahkan? Kenapa tak sadar mengakui otaknya telah berpindah dari batok kepala, entah kemana, paling sering pindah ke selangkangan dan ke perut. Salahkan lah diri sendiri yang tak mampu menjadi makhluk mulia sebagaimana seharusnya, tanpa harus menyalahkan ciptaan semesta lainnya, binatang dan sebangsaku, setan.
Kemana lalu aku dan sebangsaku harus menepi dan berumah, tanpa diganggu manusia yang selalu merasa paling manja harus dilindungi semesta, yang merasa paling menderita untuk dikasihani dan ditolong padahal sengsara mereka buat sendiri.
Jampi-jampi harupat, pergilah pergilah manusia dari hadapan kami, berkacalah, siapa lebih buruk setan atau kamu, manusia.
*ditulis saat seharusnya bekerja 😛