
2018, saya pensiun dini dari pekerjaan rutin setelah divonis tak bisa punya anak. Dunia saya jungkir balik, seperti runtuh seketika, nama Saladin untuk anak laki-laki dan Lily Ruby untuk anak perempuan itu harus dihapus atau disematkan saja suatu saat pada karakter di novel. Tubuh yang semula kuat dibawa ajrut-ajrutan melewati jalan buruk lalu bagus lalu buruk lagi sepanjang Tanjung Redeb, Talisayan ke Teluk Sumbang, kini serasa bulir jeruk di dalam botol minum yang dikocok-kocok tak berdaya.
2018, titik balik dalam hidup. Kalau tidak bisa memelihara anak sendiri, maka seluruh energy, seluruh mimpi dan usaha saya adalah untuk anak-anak di luar sana. Semua yang saya lakukan insya Allah berdampak baik buat orang lain, termasuk akang dan keluarga sendiri. Toh hidup tak pernah benar-benar untuk sendiri. Mungkin Semesta memang mengarahkan saya untuk jadi “pemelihara.” Tolong ingatkan jika saya bergeser, meski sangat sadar tak mungkin bisa menyenangkan semua orang. Akan selalu ada yang tersakiti… maafkan yaaa.
2018, saya menemukan diri sendiri. Dari cerita itu di atas, saya bertemu dengan Nita yang sebenarnya rapuh. Tanpa akang, tanpa mami, juga dua bocil tembem itu, saya macam butiran debu, halah…. Saya punya support system yang super nice, penuh cinta dan sabar menghadapi saya yang berubah-ubah macam bunglon, sebentar super nice, sebentar galak, lebih sering menjadi pendiam karena tidak tahu mau apa.
2018, saya bertemu kawan-kawan lapas yang secara kebetulan mengajari saya banyak hal tentang hidup. Bagaimana menghargai kebebasan, waktu yang terus berlalu jangan dibiarkan berlalu tanpa memberi cinta pada keluarga, bagaimana berhati-hati dalam berkawan, dalam melakukan kerja. Terima kasih sudah mengajari saya untuk lebih banyak mengambil jeda dan refleksi (bukan kaki).
2018, satu novel selesai meski belum bertemu jodoh penerbitnya. Saya harus menerbitkannya segera, hanya di sana kamu bisa menemukan Kampung Teluk Sumbang seindah yang saya ceritakan, surge dunia yang hari ini perlahan menghilang dikikis kerakusan manusia.
2018, proyek besar selesai. Senang bisa ikutan memberi terang dan hingga hari ini masih dipercaya untuk mendapat cerita-cerita dari desa dan kawan-kawan Akuo Energy.
2018, saya dengan pede bilang, saya seorang social entrepreneur wanna be, and will be. Bersama Kait Nusantara dan kawan-kawan di dalamnya, tahun depan kami siap bergerak lebih terarah.
2018, 43 buku dibaca. Jauh lebih baik dari tahun lalu yang blangsak mencapai target dengan membaca komik, padahal ga suka komik hahaha. Tahun ini lebih baik, karena semua buku dibaca dengan kesadaran sendiri memilih dan mencerna.
2018, saya kaya! Dengan penghasilan yang tidak menentu, saya justru merasa kaya. Kamu adalah segala alasan saya merasa cukup, akang :*
Terima kasih 2018, terima kasih untuk semua warna warni hidup, terima kasih sudah membuat saya merasa hidup dan berarti.