Monthly Archives: November 2013

3 weeks of #demijambi

Standar

begini menuku saban pagi selama tiga pekan ini 

pagi : roti setangkep + susu 250ml .. iye beli aja yang di kotak kecil 

siang : kentang rebus, ikan/ayam/telur/daging/, sayur 

malam : kadang makan kadang tidak. maksimum jam 9, abis itu cuma minum. 

olahraga: jalan kaki minimal 15 menit saban hari 

puasa kafein, kecuali kepepet ngantuk pas ada kegiatan sangat penting. 

air putih minimal 2 liter perhari pake lemon dan buah lain; apel, mangga. 

 

Sampai hari ini sih belum lagi ngecek berat badan, bukan karena takut, tapi karena ga punya hahaha. mesti purapura ke klinik berobat cuma buat nimbang berat badan neh. tapi ada perubahan itu terjadi beneran. 

1. haid bulan ini lancar jaya. ga ada sakit kepala / migren, atau sakit perut. ada sedikit demam sehari sebelum haid. biasanya, haid adalah harihari yang paling bikin kesel karena banyak penyakit menghajar. 

2. melewati masa kantuk jam 10 pagi, biasanya ini moment paling dahsyat. 

3. badan jadi lebih ringan dan seger bet. 

4. migren berkurang. 

5. emosi terjaga… beneran ini… sungguh… ih … 

 

tadinya punya target memang untuk menguruskan badan, tapi sudahlah anggap aja itu sebagai bonus. ketika haid saya lancar dan ga menyiksa, saya tahu, usaha ini sudah dijalan yang benar dan tujuan utama dan terpenting adalah menjadi sehat bukan kurus. 

kenapa saya ga ikutan berbagai macam anjuran untuk diet? karena menurut saya sih, yang paling tahu kebutuhan dan kemampuan badan yang kita sendiri. ga usah mau disiksa dengan banyak aturan, santai aja…. 

bismillah semoga semangatnya lagilagi ga kendor. 

 

 

Iklan

gendut itu sist…

Standar

i love my curve…. but when i walk less than 1 kilo and hardly catching my breath… then i realized i have an issue with my weight!

berubah itu emang kudu datang dari dalam diri sendiri. saya ga akan mengurangi berat badan karena orang lain mulai bilang “oh dear, you are getting weight… a lot” or “you need to lose some, i dont like seeing your chubby chick.” trust me, i wont buy them… i dont give a damn at all. bahkan ketika perusahaan asuransi mengirimi saya surat bahwa mereka tidak akan menanggung penyakit yang berkaitan dengan obesitas, sementara saya sudah dapat kartu anggota, saya cuma bilang tahiks… mereka cuma pengen lempar tangan. kan sejak awal bisa lihat dong medical record saya dan catatan berat badan, kenapa disetujui, sekarang sudah bayar, mereka ga mau tanggung.

ya sudahlah, besok desember selesai, ga akan memperpanjang asuransi perusahaan itu lagi.

nah gendut itu sist, sesungguhnya memberatkan kantong. saya sadar ada banyak banget baju yang ga bisa dipakai lagi. artinya saya harus beli yang baru, yang cocok dengan tubuh saya yang terus membesar. artinya lagi, banyak banget tuh baju yang akhirnya saya lungsurkan kemana aja, mulai dari korban kebakaran, ke garage sale atau ke asisten rumah tangga ibu saya. tapi perasaan itu baju ga habis habis, karena badan saya ga kurus kurus. hadeuh…. jadinya sampah kah? jadinya pengeluaran saya terus bertambah. padahal pos belanja pakaian bisa dialihkan ke yang lain andai saja saya tetap bisa pakai koleksi yang ada.

trus, gendut itu sist… napsu makan kita sulit dikontrol. hayu aja makan besar, makan kecil, makan besar lagi, dan seterusnya. lagi-lagi berat dibiaya bulanan. sesederhana apa pun makanan yang kita beli, tetep aja di beliiiii kan?? pake duit bukan pake daon. ini mulut rasanya ga pernah bisa kompak sama perut, di perut sudah kenyang, di mulut rasanya mau terus ngunyah sesuatu. ngunyah sendal sih awet tuh.

terlepas dari itu semua, gendut itu sist… ga sehat!

saya ga bisa jalan cepat, napas jadi engapengapan, sering ngantuk dan bikin hilang fokus pas kerja. belum dicek kadar gula saya berapa, tapi terakhir masih alhamdulillah normal, termasuk tekanan darah.

saya ga bermimpi untuk langsing kok, cukuplah kembali ke berat badan ideal saya, versi saya pribadi… 55 – 58 kilogram. like i said, i love my curve, feel sexy because of it… lagian pada dasarnya tulang saya besar, ga kebayang kalau harus kurus.

saya sedang berusaha mengurangi berat badan, ga harus drastis. saya orang yang sabar kok hahaha. yang penting olahraga jalan lagi, dan semoga berlanjut. ga mesti yang mahal, ya ga sanggup juga, cukup jalan kaki 20-30 menit sehari, diimbangi makanan yang insya Allah sekarang sehat.

gendut itu sist… sexy, betul, tapi kita semua tahu pada batas tertentu kita harus berhenti bertumbuh sebelum jantung ini tertimbun lemak…

semangaaat….

#demijambi

Standar

Ternyata cara yang paling mudah untuk membangkitkan semangat kurangi berat badan dan olahraga adalah dengan memasang tujuan hiking bukan kawin hihii, yang terakhir ini ga ngaruh apalagi punya pasangan cuek ga riweh sama berat badan saya. Setelah “sukses” nyampe ke puncak gede pangrango dua tahun lalu, dengan pola yang sama, insya Allah bisa juga ikutan hiking ke Bukit 30 Jambi January 2014. Ga ada target harus sampai puncak, yang penting ga nyusahin orang lain karena gue terlalu lamban atau penyakitan. kudu sehat kalau ikut rombongan toh.

Polanya begini, versi saya, dibuktikan dua tahun lalu. Mengganti nasi sebagai karbohidrat dengan sumber lain, saya milih kentang, jagung atau gandum – roti. Lauknya masih sama, sayur, ikan atau ayam. Porsinya dikurangi sampai setengah. Tapi karena saya punya maag akut, dietnya ga pake ngoyo, cemilannya tetap tersedia. Saya sih percaya, kuncian diet sebenarnya pemasukkan makanan dan pengeluaran energi harus seimbang.

Yang paling penting adalah penguatan kaki. Gila mau nanjak kaki letoy gimana bisa. Saya curiga tulang mulai rapuh, jadinya harus dihajar sama olahraga ringan dan kalsium. Sewaktu sekolah duluuuuuu sekali, saya termasuk yang jago di atletik di sekolah, sekarang mah cukup jalan santai aja. Kuncian dari teman saya, yang penting bisa menakar kemampuan sendiri, langkah dan pernapasan, ga usah pake takaran orang di sebelahmu.

Jadi sebenarnya apa yang dicari dalam hiking kali ini? kalau dua tahun lalu ada pembuktian, saya si gembul 70an kilo dan berusia 34 tahun masih bisa nyampe puncak gede untuk pertama kalinya. kali ini saya cuma hiking, menikmati perjalanan bersama sahabat dan bisa jadi perjalanan terakhir sebelum pernikahan dan prioritas hidup tak lagi bisa keenak jidat saya hahaha.

Lajang Terakhir

Standar

Hari Minggu lalu, sahabat saya menikah. Saya diminta menjadi penanggungjawab acara, seneng banget. Sehari kemudian, baru ngeh, alamak saya ini lajang terakhir dalam kelompok pertemanan kecil kami. Kelompok yang sama maksud adalah pertemanan yang terbentuk di KBR68H sejak 2002. Aih, kalau ada piala bergilir, saya penerima terakhir.

Apakah menjadi lajang menyedihkan dan kesepian?

Begini.

Hidup ini berubah, kita diminta beradaptasi dengannya. Saya adalah extrovert, energi saya ada di mereka, sahabat-sahabat tercinta. Saya terbiasa mengganggu dan diganggu oleh mereka ketika satu dari kami galau, bisa jam 2 pagi ditelpon untuk curhat di pojokan Amerika di Sarinah sampai pagi menjelang. Saya menyebutnya pojok Amerika, karena starbucks, burger king, oh la la, pizza hut dan mc.donald ada di situ. Atau sekedar curhat di telepon.

Tapi kemudian, satu satu tali pertemanan melonggar. Pernikahan sahabat pertama kali di tahun 2005 lalu beruntun hampir setiap tahun. Pertemuan tak lagi komplit karena dengan alasan yang bertambah, kalau kemarin karena kerja, kali ini karena suami, lalu anak dan sebagainya.

Akui saja, iya pada banyak kesempatan, kesepian. Ada saat ketika saya membutuhkan teman untuk cerita, tapi tak ada yang bisa diganggu. But that’s life, you responsible for your own life and happiness basically. Dan setiap dari kita diberkati pribadi yang ekstrovert dan introvert, semua cuma masalah mana yang lebih dominan dipakai.

Lalu proses adaptasi terjadi. Pada banyak kesempatan lagi, saya belajar untuk menggali pribadi yang introvert dalam diri saya. Makin sering bercerita di blog, menulis puisi atau cerpen bahkan novel. Makin jarang sebenarnya bercerita dengan para sahabat tentang apa yang terjadi dalam hidup saya. Kalau ada kesempatan bertemu, barulah cerita itu muncul. Saya tak lagi manja dengan sibuk menelpon siapa pun ketika gundah… ah sudahlah.

Itu cara saya menghargai kehidupan baru para sahabat, toh besok, saya akan ada di posisi yang sama. Mana lah bisa suami ada di sebelah, tetiba sahabat lelaki saya berteriak di telepon dan minta ditemani minum kopi jam 2 dinihari. Bisa dikemplang!

Atau cara lain adalah mencari sahabat single lainnya yang masih bisa diajak nonton bioskop, makan, belanja atau nongkrong secara spontan.Tapi tetap bersiap, segalanya bisa berubah seperti di atas. Kamu akan sendiri lagi. ahay.

Satu hal yang saya pelajari, secanggih apa pun teknologi yang ada dan sarana komunikasi makin banyak, tak ada yang bisa menggantikan hangatnya pelukan sahabat ketika hatimu terluka.

I miss you all ….

Superhero is Boring!

Standar

awalnya tahun 2005, sewaktu berkesempatan menonton sendratari ramayana di candi prambanan. bukan rama yang menarik buat saya, tapi tokoh rahwana, raksasa buruk rupa yang menculik sinta. mungkin saya tersihir pada tarian rahwana yang karismatik, penuh energi yang pasti bukan pada wajah penarinya, lah wong bertopeng toh.

tapi sejak itu, entahlah buat saya penokohan antagonis lebih menarik daripada karakter protagonis. karakter yang lempeng, penurut pada aturan dan norma terkesan membosankan. tapi tokoh antagonis dengan kecentilan, tengal tengil, kelicikan, melanggar aturan yang ada, justru lebih menarik, ada spontanitas, ada improvisasi yang bebas dilakukan oleh para tokoh ini. saya ngomong apa sih, yang pasti b1ad boys itu lebih seru. ini berlaku ga cuma dalam film dan cerita, tapi dalam kehidupan nyata. ahay! 

paling tidak ada 2 tokoh antagonis lain yang bikin saya meleleh!

KHAN

“My name is Khan! ” dari film Startrek into darkness yang diperankan oleh Benedict Cumberbatch yang bikin penuh karisma ketika dia bicara. plus tentu saja body dan wajah yang keren. Tindakannya kurang ajar menurut aturan yang berlaku tapi liat dooong bagaimana dia jauh lebih menarik dari tokoh kapten kirk yang standar jagoan gitu.

Terus Loki dari film Thor yang dibintangi Tom Hiddleston, tengil, lucu, licik. Semuanya dibikin lelucon olehnya, bahkan ketika ibunya meninggal, dia menipu semua orang dengan tetap bersikap nyebelin sementara aslinya dia begitu terluka. Trust my rage!

loki

Lelaki cenderung bersikap ingin melindungi, dalam porsi jumbo jatuhnya sok jadi pahlawan. Padahal yang diinginkannya barangkali hanya perasaan dibutuhkan oleh perempuan. Trust me guys, we are all need you in one and other way. Dont worry too much if we play and look like very independent. But dont play hero at least not to me… its annoying most of the time! 😉

I like the villain character because their are so much fun! dan ga pernah tampil seragam layaknya superhero, yang berbadan kekar tapi hatinya lembek. Sepertinya dunia ini berhenti kalau tidak ada cinta. Selalu ada penokohan perempuan lemah, okay sedikit kuat yang perlu dilindungi dan diemong. Sementara kalau ada tokoh perempuan yang jadi kesatria, percaya deh, ga akan jadian sama jagoan yang jadi tokoh utama.

Itu kejadian bener loh di dunia nyata. Perempuan yang independent, penuh semangat dan ambisi, ditempatkan sebagai tokoh yang menakutkan, mengintimidasi lelaki. uhuk, payah.

Tapi sekali lagi, perempuan yang jadi jagoan pun butuh lelaki kok, sebagai teman berbagi dan SALING melindungi… bukannya asik ya kalau keduanya berjalan sejajar dan tidak ada satu mendominasi yang lain?

And to all superhero, coba deh berubah tengil dikit, be spontaneous and act like a normal one… dont waste too much time on your muscle…  I always think that those who have big muscles tend to have small brain *oopps*

 

 

 

 

 

 

menikah dan bercerai, sebuah percakapan

Standar

sore tadi saya bertemu kenalan. saya belum menyebutnya teman atau bahkan memasukkannya dalam jajaran sahabat saya. ini kenalan baru beberapa bulan karena urusan kerjaan. saya bukan orang yang langsung terbuka bicara tentang urusan pribadi apalagi pada orang yang baru dikenal beberapa bulan lalu. tapi ketika bicra kenapa saya memilih pindah ke bandung dan pun ada kemungkinan kembali ke jakarta, saya tak bisa bekerja penuh, alasannya pasti menyasar pada urusan pribadi.

tahun depan, saya ada rencana menikah. jreng. rasanya seperti pengumuman pada dunia. sesuatu yang saya dan si akang coba minimalisir orang lain tahu tentanv kami.

anyhow, percakapan berlanjut. somehow dia membuat saya nyaman untuk bercerita dan akhirnya percakapan ini terjadi.
saya bakal menikah tahun depan. itulah kenapa saya ga bisa bekerja penuh di jakarta

oh, selamat ya.

*senyummiris* jujurnya, tiap kali memikirkan soal pernikahan, im shakking, nervous. tadinya takut sekali mengakui ini, tapi seorang teman bilang ini hal wajar.

apa sih yang ngebedain menikah dan tidak? cuma selembar surat kan?

beda! ketika statusnya pacaran, kamu masih bisa bersikap egois, you can be whatever you want. tapi menikah, ini soal komitmen dan kompromi. saya terlalu lama hidup sendiri, i dont know if i can compromise with anyone.

ah kamu terlalu khawatir. you can always get a divorce.

eh what? you dont marriage just to get a divorce!

tapi bercerai adalah pilihan daripada hidup dalam perkawinan yang tidak membahagiakan. aku selalu menyimpan pilihan bercerai, satu atau dua kali ketika pernikahan tak lagi bisa membahagiakan.

ah kamu gila. pernikahan bukan transaksi membeli barang dan jaminan uang kembali kalau barangnya rusak. ini soal perasaan dan hidup seseorang di luar kita. punya pacar?

ada.

kamu serius sama dia?

serius lah. aku selalu serius dan setia. tak ada niatan cari perempuan lain di jakarta.

good! any plan to get marriage?

not now. berapa lama kalian pacaran sebelum memutuskan menikah?

2 tahun.

gosh, cepat sekali?

*bengong* pernah denger cerita pasangan yang 1 bulan bersama lalu memutuskan menikah?

nope! but you can always get a divorce…

begitulah percakapan saya dengan kenalan baru ini seperti postingan saya sebelumnya,bercerita pada “orang asing” bisa saja penuh kejutan, realistis dan ga basa basi, ga ada penghakiman dan membawa ide gila dalam kepala. begitu juga percakapan saya dengannya sore ini.

its always good to talk to someone who has a different background of culture and value, also different experiences. buatnya muda sekali bicara soal perceraian, tapi buat saya? meski bukan hal yang saya tabukan, tetap saja… the idea its just away too crazy, especially not at the moment like this….

Kreatif Sampe Mati

Standar

Begitu judul buku yang ditulis Wahyu Aditya, seniman digital yang menyebut dirinya sebagai aktivis di animasi dan design. Bahasa visual lebih mudah ditangkap oleh kita dan nyangkut, karena itu Wadit ingin mendorong generasi milinea, anak muda untuk berkarya dan membuat perubahan. Lewat bukunya yang berjumlah 297 halaman, Wadit menyentil banyak pihak.

Soal pendidikan.

Baru baca 4 halaman pertama, saya langsung berasa jleb dan bilang iya iya, betapa pelajaran kesenian selalu dianaktirikan dan ga dianggap penting dibanding Matematika dan Bahasa. Seminggu cuma 2 jam pelajaran kesenian apa yang mau didapat. Jadi kembali ke zaman saya SMP, pelajaran kesenian music Cuma dapat enam pas pelajaran menggitar, itu juga sudah babak belur jemari ini. Tapi di pelajaran gambar saya bisa dapat angka 9 dan kata ibu guru saya sebenarnya punya bakat, gambar abstrak dan bermain warna. Tapi karena sekolah dan keluarga menuntut saya pintar di ilmu pasti, menggambar jadi bukan prioritas. Bahkan sampai sekarang saya ga yakin mampu, nah ini kata Wadit, bukan ga mampu, Cuma ga minat hahaha.

Padahal lewat seni kita bisa menyampaikan banyak hal, gagasan dan kreativitas, bisa berkreasi dengan matematika dan ilmu pelajaran lainnya. Beruntungnya Wadit punya sekolah yang membebaskannya berkarya, mengubah logo sekolah, mendekorasi ruang kelas. Sekolah lain? Tetap datar dengan cat warna pucat dan logo sekolah yang kaku.

Soal pilihan kerja

Jadi seniman, mana ada orang tua yang legowo untuk langsung menyetujui anaknya jadi seniman. Hal yang pertama pekerjaan yang dimasukkan ke kepala anakanak adalah jadi pegawai negeri sipil lalu bidang professional lainnya. Padahal sekarang ada banyak profesi yang ga kepikiran sebelumnya, seperti perencana keuangan independen dan career coach. Wadit mencontohkan beberapa mantan siswanya di HelloAcademie awalnya adalah pegawai kantoran yang setelah menemukan passionnya justru lebih bahagia.

Soal status quo

Ini bukan politik sih. Wadit mencontohkan betapa generasi muda didoktrin soal kekakuan, formalitas lewat visual logo pemerintahan yang gitu-gitu aja. Di bukunya ini dia menawarkan perubahan bahasa visual yang bisa membangkitkan semangat dan dukungan anak muda.

kreatif sampe mati_photo

Waditya bukan motivator loh, dia cuma bercerita berdasarkan pengalaman pribadinya menghadapi sistem yang ada. lalu buat orang yang “ga” bisa menggambar seperti saya, Wadit ngajarin bagaimana proses menggambar step by step.

Konspirasi Tercipta Dari Pemalsu Surat Wasiat

Standar

Novel berjudul The Prague Cemetery aka Kuburan Praha ini karya Umberto Eco kedua yang saya baca, 610 halaman dan selesai satu minggu. Karyanya yang pertama saya baca, The Name of the Rose, sampai sekarang berkesan buat saya. Yang paling nyangkut adalah cerita tentang bagaimana tujuh biarawan yang diminta menyalin Injil Perjanjian Baru itu dibunuh satu persatu hanya karena mereka memperdebatkan sifat manusiawi dari Yesus Kritus, apakah Yesus tertawa?

Dalam novel Kuburan Praha ini, kembali lagi Eco menggelitik saya karena ceritanya juga diawali dengan hal sederhana. Tentang seorang bernama Simonini dan mendapat gelar Kapten karena bergabung di pasukan Gibraldi di Silisia pada suatu waktu. Sebenarnya dia cuma seorang pemalsu dokumen penting seperti surat wasiat, profesi yang juga tidak sengaja dia dapatkan.

Camera 360

Simonini dibesarkan oleh cerita buruk sang kakek tentang bangsa Yahudi, kebencian tidak masuk akal yang mendorong si kakek memfitnah bangsa Yahudi dalam suratnya kepada Paus. Tanpa pernah bertemu dan bicara langsung dengan orang Yahudi, Simonini memelihara kebencian yang sama. Kebencian yang menghangatkan hatinya.

Setelah kakeknya meninggal, Simonini gagal mendapatkan warisan karena notaris keluarga telah memalsukan semua surat wasiat kakeknya. Harta warisan itu jatuh ke tangan notaries yang kemudian setelah Simonini lulus dari studi hukumnya, dia bekerja untuk orang ini demi membalas dendam. Tapi di situlah dia belajar bagaimana memalsukan dokumen penting.

Cerita bergulir kemudian dengan ketertarikan badan intelejen Italia mempekerjakan Simonini sebagai agen rahasia. Simonini lalu pergi ke kedai-kedai minuman, mendengarkan orang bicara dan merangkumnya dalam sebuah laporan sebagai Dokumen Rahasia. Cerita berkembang tentang Freemason, Masonik, Jesuit dan Yahudi. Tentang gerakan anti gereja yang memuluskan Perancis menjadi republic dalam revolusi Perancis, tentang kepausan yang terancam oleh kelompok ini.

Pada perjalanannya Simonini tak cuma bekerja untuk intelejen Italia, tapi juga Perancis, Jerman dan Rusia dengan kepentingan berbeda. Tapi pada akhirnya mengarah pada hal yang sama Yahudi! Di sini Simonini dengan kebencian yang terpelihara sejak kecil memulai mewujudkannya dalam dokumen berjudul “The Prague Cemetery” Kuburan Praha yang hanya dia temui dalam sebuah ilustrasi, lalu dia mengarang bebas tentang pertemuan para rabi Yahudi di kuburan tersebut yang merencanakan bagaimana menguasai dunia.

Simonini berkepribadian ganda dengan tokoh Dalla Piccola, mereka berganti peran dari satu waktu ke waktu. Novel ini diisi dengan catatan harian bergantian antara Simonini dan Dalla Piccola, mereka saling mencocokan kejadian dan kadang disertai perdebatan. Ternyata ini adalah bagian dari terapi yang dilakukan Simonini untuk bisa mengingat dan mengerti tentang kepribadian ganda yang dialaminya.

Tapi baik Simonini maupun Dalla Piccola, keduanya pecinta makanan enak. Pekerjaan yang menghasilkan kekayaan  buat mereka ini, dinikmati dalam semangkuk makanan lezat. Dua tokoh ini menjabarkan resep makanan yang mungkin saja bisa dipraktekan secara nyata. Menurut keduanya, orgasme karena kelezatan makanan jauh lebih nikmat dari percintaan, yang sebenarnya tak pernah keduanya rasakan sampai di akhir cerita.

Simonini yang kelihatannya lemah ini, bisa membunuh empat orang dan mayatnya dibuang di gorong-gorong di bawah apartemennya.

Alur maju mundur bikin pusing sebenarnya, begitu juga dengan banyak penokohan. Tapi  latar belakang sejarah perdebatan soal kelompok dalam Katolik dan anti gereja sampai antisemit, revolusi perancis, lalu perubahan lokasi cerita dari Turin, Sisilia dan Paris yang kaya justru membuat novel ini seru dan sulit untuk berhenti membacanya.

Umberto Eco yang berlatar belakang filusuf abad pertengahan ini bisa menyampaikan kelucuan gelap dalam novelnya. Tentang orangorang yang mengaku paling beragama tapi gampang sekali tersulut kebencian kepada agama lain dan terpancing amarah yang sedemikian besar saban kali keagamaannya disentil.

Di novel ini, Eco juga membeberkan stereotype antar bangsa, Italia, Jerman, Perancis dan Yahudi dengan gamblang saja, buat saya itu menarik. Sementara di Indonesia, stereotype antar suku meski sudah jadi rahasia umum dan ada dalam percakapan seharihari, kita masih takut menyampaikannya dalam bentuk yang dapat terdokumentasi.

Dan saban kali saya membaca novel terjemahan, salut teramat dalam saya haturkan untuk penerjemah. Dia lah yang paling berjasa menyampaikan cerita ini sehingga menjadi menarik dalam versi bahasa Indonesia.

Selamat membaca, I hope I am not spoiling too much.