Tariq Ali dikenal sebagai penulis, pengamat politik, kolumnis dan seorang sosialis. Saya mengenalnya murni dari empat buku fiksi sejarah tentang Islam di Eropa sejak 2006. Saya bertemu dengannya di Jakarta 2011 dan ketika mendapati informasi dia akan memberikan kuliah umum, saya segera mendaftar, dan membayar tiket seharga 5 Poundsterling.
Tariq membuka kuliahnya lebih lama dari 30 menit yang disediakan panitia, tanpa teks. Beberapa point yang menurut saya menarik dari kuliah tersebut adalah pertanyaan, kenapa tidak ada yang mempertanyakan kejahatan militer Amerika yang dilakukan sejak perang dunia pertama? Demokrasi di Amerika dibangun di atas darah pembantaian orang asli Indian. Amerika memilih persahabatan dengan Eropa, kumpulan negara kolonial yang menjajah separuh muka bumi. Lalu memilih negara komunis seperti Soviet sebagai musuh demokrasinya. Uni Soviet was fine dibawah pemerintahan komunisme kata Tariq, sampai perang dingin terjadi.. Satu persatu negara berafiliasi dengan komunis versi Rusia menjadi musuh Amerika, yang dengan kemampuan geopolitiknya menjadi musuh bersama negara dengan dasar demokrasi dan liberal.
Di Asia adalah Vietnam, Kamboja. 1965, Amerika berada di belakang pembantaian orang-orang yang dituduh komunis di Indonesia, kemana suara negara-negara sosialis komunis lainnya ketika itu? Kenapa Cina, Rusia tidak membantu Indonesia saat itu? Kenapa tidak ada gerakan leftish international yang mempertanyakan peran Amerika di Indonesia ketika itu?
Ketika Tariq menyebut Indonesia, saya tetiba merasa berdebar, terima kasih sudah mengingat kisah kelam dari negara saya.
Tariq juga menyebut masalah yang terjadi dengan kalangan Leftish adalah rendahnya solidaritas di antara kalangan sendiri. Bergerak sendiri-sendiri. Marxism di kalangan intelektual Cuma jadi hal yang fashionable tanpa realitas aksi bersama untuk mengubah sesuatu.
Kembali contoh dia berikan, kenapa Jeremy Corbyn menang telak di pemilihan ketua partai buruh tahun lalu? Karena dia berani mengungkapkan hal yang selama ini Cuma jadi ideology bersama di kalangan leftish. Kenapa dia sekarang diganggu? Karena apa yang dia omong ga masuk akal bagi timnya sendiri, mereka orangorang lama dari zaman Tony Blair yang membusuk di Parlemen. Kita punya satu harapan untuk menentang kapitalisme, dan itu sekarang tak lagi solid. Yang terburuk adalah Partai Buruh akan kembali terpecah.
Kembali ke ‘US Empire.’ Ketika eropa dengan ‘kesadaran’ meninggalkan negara jajahannya, keluar dari model kolonialisme dari benua Afrika, Asia dan Timur Tengah, lihatlah apa yang dilakukan Amerika. Dengan kekuatan militernya mereka mengendalikan Afganistan, Baghdad, lalu Syria, Lebanon, Libya. Membuat Timur Tengah ‘demokrasi’ dengan menyerahkan demokrasi ke tangan boneka yang mereka tunjuk untuk Mesir, Irak. Aliansi Amerika di Timur Tengah adalah Saudi Arabia dan Israel, Iran punya perjanjian tersendiri dengan Amerika, yaitu menghentikan nuklir. Tentu bukan cara yang sama yang perlu dilakukan oleh negara-negara lain untuk menghentikan militer Amerika. Mari lihat Al Qaeda dan Isis dari sisi berbeda, mereka adalah bentuk perlawanan terhadap imperialisme Amerika dan ada banyak perlawanan yang dilakukan partial untuk menentang pengaruh kuat Amerika.
Bagaimana melihat kekuatan Kerajaan Amerika? Lihatlah dari pos militer yang dibangun Amerika. Di, Korea Selatan, Jepang dan Filipina untuk mengendalikan pengaruh mereka di Asia dan Pasifik. Lalu di Inggris dan NATO untuk mengendalikan Eropa, lalu di Timur Tengah dan Afrika, mereka menempatkan militer di Afghanistan, Irak, Mesir dan di negara yang ‘berkonflik’. Dan bicara tentang Eropa, Tariq mengatakan ‘Be FOOLISH if you think European Union is free from US influence. European Union is the gate for US influence, the corrupt union but not worse than Britain. US domination on EU is not something you can dismissible. The American Empire has never been powerful than now!’
Lalu bagaimana menentang pengaruh Amerika? Kata Tariq, dunia tidak pernah stabil, justru itu semua orang harus berpolitik, mengorganisasikan diri untuk melakukan perlawanan!
Di sesi tanya jawab, beberapa yang hadir memberikan tanggapan dan kritik bahwa Tariq terlalu pesimistik terhadap pergerakan kaum kiri. Bahwa dalam banyak moment, kaum kiri berhasil menunjukkan kekuatan seperti gerakan massa menentang Inggris menjatuhkan bom ke Syria, memaksa Blair mengakui bahwa serangan Inggris ke Irak adalah sebuah kesalahan, lalu gerakan aktivis lingkungan hidup. Lalu tanggapan bahwa berpolitik tak perlu melulu melalui partai politik karena ada banyak saluran berpolitik, seperti gerakan massa tadi. Di antara pemberi tanggapan juga mengatakan selama secara ekonomi kita masih bergantung dengan sistem kapitalis dunia, darimana kita bisa membebaskan diri dari pengaruh imperialisme Amerika?
Tariq menanggapi mereka secara umum. Beberapa point terakhir yang dia berikan di antaranya:
- Jangan dipikir Amerika tidak menghadapi pertentangan di dalam negerinya. Obama tidak lebih baik dari Bush, kalau lihat catatan budget untuk militer mereka, jauh lebih tinggi. Obama ‘membunuh’ lebih banyak orang di Timur Tengah daripada Bush. Tidak ada yang berubah dari politik luar negeri Amerika, tapi bukan berarti tidak ada tentangan di dalam, hanya saja semuanya terpisah dan kecil kecil tanpa terorganisir.
- US democracy is planting in businessman and that is BULLSHIT! Silakan lihat lagi data pemimpin boneka yang didukung Amerika di Timur Tengah
- Bagaimana perjuangan nasib buruh di Amerika? Buruh yang mana? The issue of US labour is shifted to China! *disambut tawa penonton
- Saya bukan orang yang pesismistik, kalau saya pesimis, saya mungkin akan tinggal di rumah dan menulis novel saja. Saya berkeliling dunia, bicara di depan banyak audience justru untuk mengajak mereka bergerak bersama. Yang paling membuat saya terganggu – bothering- adalah melihat kaum intelektual yang terlalu optimistic dan membutakan mereka dari kenyataan yang terjadi.
Demikian sebagian dari catatan yang bisa saya bagi dari kuliah umum bersama Tariq Ali di Marxism 2016. Di dalam ruangan berkapasitas sekitar 200 orang itu, dipenuhi lebih dari separuhnya adalah mereka yang berusia di atas 50 tahun, bikin sedih sebenarnya karena ternyata politik memang masih dikuasai orang-orang tua. Tapi anak muda yang hadir kemarin itu juga luar biasa karena sebagian yang maju dan memberikan tanggapan adalah mereka yang masih muda, dengan semangat berapi-api sangat optimis bahwa anak muda bisa mengubah dunia. Saya ikutan bangga.
