Antara Setan, Malaikat, Fantasi dan Metamorfosa. Review Satanic Verses Karya Salman Rushdie

Standar
Antara Setan, Malaikat, Fantasi dan Metamorfosa. Review Satanic Verses Karya Salman Rushdie

Buku ini saya beli 15 tahun yang lalu, karena penasaran kenapa Salman Rushdie sampai diancam akan dibunuh. Buku yang dilarang memang justru menarik untuk dibaca, membuat saya penasaran. Tapi selama ini, buku Satanic Verses ini cuma selesai di halaman empat, apaan sih, begitu kata saya lalu ditutup dan simpan. Tapi buku ini ikut kemana pun saya pergi, pindah dari Jakarta ke Bandung, lalu ke Jakarta lagi. Dibawa waktu pindah ke Bali dan bawa lagi ke Jakarta, lalu di Cimahi saya menuntaskan buku ini setelah 15 tahun! Akhirnya. Barangkali karena karantina covid-19, saya selalu merasa besok giliran saya pergi, tuntaskan hal yang paling pengen diselesaikan salah satunya ya buku ini. Barangkali karena bahasa Inggrisnya membaik dibanding 15 tahun lalu, makanya bisa selesai.

Anyhow, ini fiksi! Itu dulu yang harus kamu, pembaca pahami. Dalam fiksi, si pengarang bebas berfantasi menjadi tuhan di atas tulisannya sendiri. Tapi memang harus berdasarkan riset. Buat saya buku-buku Salman Rushdie bukan fiksi sejarah yang baik, dia selalu menjelaskan dalam kerangka besar saja, terutama dalam sejarah di India. Dua tempat yang selalu dia bawa dalam ceritanya ada India dan Inggris, kadang membawa kita ke Itaia dan Amerika, tapi India tempat dia besar itulah yang dia ceritakan.

Kekuatan utama Salman Rushdie ada pada fantasinya, sejak Haroun and the Sea of Stories, saya sudah jatuh cinta pada tulisannya. Dia pendongeng yang luar biasa, seperti dalam cerita 1001 malam. Termasuk dalam buku ayat-ayat setan ini. Cerita tentang bintang film India terkenal di masanya, Gibreel Farishta dan bersama dengan Saladin Chamcha selamat terjun dari pesawat yang dibajak teroris. Saat terjun itulah semua cerita dimulai. Gibreel yang bertemu dengan Rekha Merchant, pacar gelapnya yang mati bunuh diri karena menanggung cinta pada Gibreel yang tak berbalas dan berubah menjadi setan. Lalu Chamcha yang bermetamorfosa sebagai manusia bertanduk kambing. Merchant menawarkan Gibreel untuk bergabung dengannya menjadi setan, meyakinkan Gibreel bahwa dia bukan malaikat penyampai wahyu tuhan.

Gibreel bahkan tak pernah merasa yakin bahwa dia adalah malaikat, dalam mimpinya dia memberikan pesan pertama kepada nabi, dia juga yang memberikan Ayesha pesan agar membawa penduduk menyeberangi lautan untuk pergi haji, lalu meniupkan sangkakala milik Azrail saat kebakaran hebat di kota London. Gibreel terjebak antara kepercayaan dirinya sebagai malaikat dan manusia, dan di akhir cerita dia malah merasa setan telah menguasai dirinya. Tak bisa lagi memilih siapa dia akhirnya, Gibreel menyelesaikan dirinya di dunia.

Saladin Chamcha yang ketiban sial menjadi manusia kambing kehilangan segalanya yang dia cinta, pekerjaannya sebagai pengisi suara hilang karena dia mengembik, kehilangan isteri tercintanya Pamela yang percaya Saladin telah mati dalam kecelakaan pesawat lalu meneruskan hidupnya dengan kawan baik Saladin. Melewati segala pergulatan, Saladin kembali pada tubuhnya yang utuh. Kembali ke London dan tinggal satu atap dengan Pamela. Dia menceraikan Pamela tapi tak rela pergi dari apartemen yang kemudian dibagi dua. Saladin membalas dendam pada Gibreel yang membuatnya kehilangan segalanya. Dia merebut Allenuia kekasih Gibreel yang kemudian murka dan mengejar Saladin ke seluruh penjuru kota London. Allenueia memutuskan hubungan dengan Gibreel tapi kemudian kembali mencarinya di Bombay. Ada satu kalimat dari Gibreel yang membuat saya tersenyum yang kalau terjemahkan bebas begini, “lu pikir kaga cape jadi utusan Tuhan?” lelah saban saat manusia menunggunya, mencarinya untuk meminta jawaban dari doanya pada Tuhan. Lalu Tuhan juga lelah meyakinkan Gibreel bahwa dia diciptakan memang untuk menyampaikan pesanNya kepada manusia. Gibreel bilang, “gue kaga minta diciptakan.”

Buat orang lain Gibreel seperti orang dengan kelainan jiwa, menghilang dan berkali-kali kembali dari kematian. Tetapi sebagai manusia, hidupnya berakhir pilu, dia dituduh membunuh Rekha dan juga Allenueia. Kisah berbalik Gibreel kehilangan segalanya.

Buku ini kaya sekali cerita manusia di dalamnya. Tentang lelaki sudra yang menjadi muslim untuk bisa hidup karena kasta rendah membuatnya terpuruk dalam kemiskinan. Tentang cerita Nabi Mohound yang buta aksara lalu dimanfaatkan oleh juru tulisnya yang jelmaan setan dan memutarbalikan ayat-ayat yang disampaikannya. Tentu saja Nabi tahu tapi dengan penuh kasih, ampunan diberikan tetapi setan berbentuk manusia tak juga bertobat dan terus melakukan kejahatan hingga akhirnya dihukum pancung. Kritik Salman Rushdie pada orang-orang beragama yang selalu mencari pembenaran dalam kitab atas tindakan jahatnya terhadap manusia lain. Setan kata dia, hanya ada dan nyata di antara mereka yang beragama. Tentang politik yang memanfaatkan keluguan orang-orang beragama dan memecah belah antar kelompok beragama untuk kepentingan mereka. Dia merujuk pada pertentangan lestari antara Hindu dan Islam di India.

Buku ini mengajak saya jalan-jalan ke penjuru sudut kota London. Bercerita tentang kehidupan orang India yang bermigrasi karena dipaksa ke Inggris Raya tapi tetap diperlakukan sebagai warga kelas dua.  Membaca cerita Gibreel Farishta dalam buku ini sambil membayangkan Lucifer dalam serial Lucifer. Begitulah saya menempatkan buku ini. Tak perlu dipertentangkan, ini fiksi untuk dinikmati.

Duh gusti, saya masih hollow… hampa kalau habis selesai baca fiksi bagus.

Iklan

7 responses »

  1. Ketika berita Salman Rushdie mengemuka akhir2 ini, saya coba membacanya lagi, dan gagal. Aku nggak paham sama bahasanya, karena pra-pemahaman sy mengacu pada penistaan agama; “yang bagian mana si penistaannya?” batinku. Review ini cukup membantu saya, dan saya berharap bisa diperluas, terutama di bagian mananya sehingga banyak orang yang mengutuk karyanya itu. Terimakasih. Bila berkenan, salam sapa saya di af35571@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s