
Buku ini bercerita tentang bagaimana unconscious atau izinkan saya menggunakan kata “alam bawah sadar” bekerja melengkapi alam sadar dalam hidup manusia. Akan lebih mudah menjelaskan isi buku ini dalam cerita, pengalaman yang secara “tidak sadar” saya alami dan akhirnya paham, bahwa begitu cara alam sadar bekerja.
Sejak 2011, saya fans berat Benedict Cumberbatch. Poster Ben ada di tembok kos, ada di wallpaper hape dan note, juga desktop. Saya mendengarkan suara Ben dalam audiobook yang dia bacakan, dan menonton semua film yang dia bintangi. Semua hal terkait Ben, ada saja cantolannya dalam hidup saya. Cita-cita saya, hanya ingin bertemu langsung dengan Ben
Ternyata mimpi itu terinternalisasi di alam bawah sadar, yang kemudian mendorong alam sadar saya untuk melakukan usaha dengan segenap perhatian agar terwujud. Jadilah pada 2014, saya nekat ikut melamar beasiswa Chevening dan memilih London, karena akan lebih besar kesempatan saya bertemu Ben jika di London. Saya tidak les bahasa Inggris (awalnya), sepanjang 2014, saya mendengarkan Ben bicara pagi dan malam, membiasakan diri untuk mendengarkan aksen Inggris. Hasilnya nilai saya 6.5 untuk IELTS. Saya berangkat ke London dan September 2015, saya menonton aksi panggung Ben dalam Hamlet dan Oktober 2015, saya ketemu langsung dengan Ben untuk dapat tandatangannya. Apakah itu tanpa usaha? Tentu harus tetap diusahakan. Saya keluar 65 poundsterling untuk tiket yang dilepas orang dan berdiri 3 jam dalam dingin di belakang panggung menunggu Ben menyapa penggemarnya.
Tadinya saya pikir hidup ini mengalir begitu saja, ternyata tidak. Semua dijelaskan dalam buku ini. Ketika kita punya keinginan, alam bawah sadar itu bekerja memberikan kisi-kisi langkah yang harus dilakukan. Nah tergantung alam sadar kita yang memutuskan, akan diambilkah jalan itu. Biasanya alam sadar justru memaksa kita menimbang berbagai hal, baik buruk, untung dan ruginya. Perjalanan saya sampai bertemu Ben itu masuk dalam kategori yang Bargh sebut, “intended goal” harapan yang ditargetkan, karena itu upaya yang dilakukan juga jelas hingga mewujud.
John Bargh juga mengatakan agar tidak meremehkan mimpi saat itu, atau inspirasi yang keluar saat di toilet. Itu bukti alam bawah sadar kita tidak pernah tidur justru sangat aktif ketika kita telah menyelesaikan “tugas” dengan alam sadar atau kesadaran penuh. Thinks out of the box, itu adalah berpikir dengan alam bawah sadar.
Manusia punya sifat alami yaitu survival (bertahan hidup) melalui makan minum dan berperang memertahankan makanannya, juga bereproduksi. Segala yang dilakukan kita, tak lebih untuk kembali pada sifat alami itu, tetapi hidup menjadi lebih berwarna dengan alam bawah sadar. Kita juga diberikan sifat meniru atau chameleon-like, tanpa sadar menjadi mirip dengan seseorang yang dekat dengan kita. Saya rasa, saya bisa kasih contoh juga di sini. Sepanjang saya ingat, sore adalah waktu menyebalkan buat saya karena harus bikinkan ayah teh poci, pisang goreng atau telor asin. Tiga hal itu tidak bisa saya jelaskan apa yang membuat ayah tergila-gila padanya. Tetapi setelah beliau meninggal, saya yang kemudian menyukai pisang goreng dan telor asin, sesekali teh poci. Kita meniru tanpa sadar, termasuk meniru perilaku akang- suami saya yang OCD. Sebelumnya saya orang yang senang berantakan, tapi setelah menikah, rapi itu ternyata lebih menyenangkan.
Karena sifat peniru yang alami itu, kita harus berhati-hati, terutama dalam menggunakan media sosial. Newsfeed di Facebook misalnya, bisa bertahan dilihat orang lain selama tiga hari. Riset menemukan, dalam tiga hari itu, status yang ditulis dapat memengaruhi mood pembacanya, negative atau positif. Kita akan cenderung menuliskan hal positif dalam statusnya jika dia terekspose postingan positif dari orang lain, begitu juga sebaliknya. Sifat meniru, atau mimicking, tidak perlu kedekatan secara fisik, dan ini yang terjadi di media sosial.
Buku yang ditulis 289 halaman ini, seru! Penulisnya social-psychologist dan penggemar Led Zeppline. Dia bilang, music sangat memerangaruhi alam bawah sadar selama penulisan buku ini. Saya sepanjang membaca buku ini pun begitu, sedikit-sedikit refleksi ke belakang, kenapa saya memilih A dan bukan B. Sepanjang hidup, hanya ada tiga lembaran, masa lalu yang tersembunyi, masa kini yang juga tersembunyi dan masa depan yang tersembunyi – ini bagian bab yang dibuat oleh Bargh. Yang terjadi hari ini, tidak pernah lepas dari masa lalu, dan yang akan terjadi kemudian, dirancangnya bisa hari ini. Sekali lagi, hati-hati ketika menyusun harapan tetaplah pada harapan baik.