Pukul 10.45, sambil berjalan ke dapur untuk menyeduh kopi, di kepala saya sudah terencana bahwa makan siang hari ini adalah nasi goreng tuna. Membayangkan nasi goreng tuna yang pedas dengan campuran sayuran kol ungu, wortel, timun dan salada, membuat air liur saya mendesak ke luar mulut. Nyam.
Tapi yang terjadi adalah ga ada nasi sama sekali. Seketika itu juga saya mencentong beras sebanyak 3 cup, mencucinya sebanyak 3x, menampung air sisa beras dan menakar air untuk menanak nasi, dengan ukuran satu setengah ruas jari. Lalu sisa air cucian beras saya bawa ke teras untuk siram tanaman dan ternyata daun di pohon kopi sedang kering parah. Berjatuhan. Yang saya lakukan setelah menyiram air cucian beras, adalah membereskan daun kopi yang rontok.
Menyeduh kopinya jadi tertunda dua pekerjaan, menanak nasi dan membersihkan daun rontok. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Apa yang ada di otak saya? Bagaimana saya bisa melakukan tindakan A dan B lalu melupakan rencana awal?
Paul Davies menjawab pertanyaan saya itu dalam buku ini. Kemampuan saya memilih tindakan A, B atau C, adalah bentuk kesadaran atau consciousness yang hanya dimiliki oleh manusia. Bahwa ada situasi makro (ga ada nasi, daun rontok) yang mengalahkan kondisi mikro (informasi awal tentang menyeduh kopi). Bahwa otak saya memproses sangat cepat informasi-informasi yang tersimpan tentang takaran air untuk menanak nasi, tentang berapa kali beras dicuci, dan takaran kopi dan membuat atom dan molekul dalam tubuh saya bertindak atas perintah otak ini.
Dalam buku ini Davies menawarkan satu teori tentang universality in informational organization, ada hal-hal umum yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup saat memproses, mengorganisir informasi. Sistem informasi pada makhluk hidup tentu jauh lebih kompleks dibanding processor dalam computer karena sifat informasi dalam alam semesta dan tubuh tidak terbatas. Davies berharap ilmu fisika, biologi dan kimia disatukan dalam penjelasan tentang informasi kehidupan ini.
Saya memang menjelaskannya secara mundur, dari bagian epilog. Di awal-awal bab, Davies menjelaskan bagaimana protein + asam amino + sinar matahari = kehidupan. Di tempat paling ekstrim sekalipun seperti di dasar laut, padang pasir, bahkan di mars, dia yakin ada kehidupan yang dapat dijelaskan selama sinar matahari dan dua unsur protein dan asam amino ditemukan di sana. Bagaimana bakteri bisa bertahan hidup di tempat yang ekstrim dan bagaimana molekul serta atom bergerak menurut siklusnya? Semua terjadi karena mereka menyimpan informasi purba sejak keberadaan awalnya. Bahkan jika “demon” atau iblis ditempatkan di antara siklus itu, mereka punya informasi bagaimana mengubah pola dan bertahan hidup.
Dari Davies saya tahu bahwa semua semut pekerja adalah perempuan dan mereka lagi-lagi bekerja secara sistemik berdasarkan informasi yang diturunkan dalam DNAnya. Begitu juga dengan cicak dan jenis hewan lain yang bisa menumbuhkan lagi bagian tubuhnya yang terputus karena DNA mereka menyimpan informasi bagaimana hal itu bisa dilakukan.
Bahwa waktu bukanlah jam dengan jarum yang menunjukkan angka. Tapi waktu adalah peristiwa yang melompat dari satu masa ke masa berikutnya. Tentu saja saya pukul 10.45 tidak sama dengan saya di pukul 12.15 saat menuliskan review ini, karena peristiwa yang saya alami dan bagaimana saya meresponnya berdasarkan informasi yang saya punya juga berbeda.
Saya bukan ahli fisika, biologi apalagi kimia tapi membaca buku-buku sains selalu menarik karena memberikan pengetahuan baru. Dan apakah pemahaman saya terhadap buku ini benar? Silakan kamu baca sendiri bukunya. Davies menuliskannya dengan sangat baik, mencoba menyederhanakan semua hal yang terlalu teknis, dan dengan gaya bahasa yang lucu. Misalanya dia bilang harusnya “sweetbrain” bukan sweet heart, harusnya broken brain bukan broken heart, yang tentang rasa itu adanya di otak bukan di jantung, apalagi hati yang letaknya di area pencernaan.
Satu hal yang berkesan, saya sadar ilmu tentang semesta yang dipunya manusia itu cuma seiprit dari yang tersedia. Hidup itu misteri yang tak terbatas oleh ilmu, karena itu tetaplah belajar, tetaplah diungkap misteri itu.