Melepas Pala Untuk Apel, Perjalanan Inggris Merebut Pulau Run. Review Nathaniel’s Nutmeg #18

Standar
Melepas Pala Untuk Apel, Perjalanan Inggris Merebut Pulau Run. Review Nathaniel’s Nutmeg #18

Saya tidak menemukan nama Nathaniel sampai di halaman 202, nama lengkapnya Nathaniel Courthope. Dalam buku sejarah Inggris, nama dia pun tak banyak muncul. Tak ada catatan tentang kehidupan Nathaniel, tak ada patung dia di seantero Inggris dan New York, Amerika, tak ada makam penghormatan di Westminster Abbey. Padahal dalam buku Nathaniel’s Nutmeg, setebal 374 halaman, Giles Milton, penulisnya menjelaskan kalau Nathaniel inilah sosok di belakang kesuksesan Inggris merebut Pulau Run dari Belanda, perjalanan Inggris mengikuti kompetisi pencarian rempah aka Spice Race tahun 1600-an sampai dengan 1800an, dan kalau bukan karena semangat Nathaniel di Pulau Run, Inggris tak punya Manhattan, New York. Giles mengakui, tak ada bahan tentang pribadi Nathaniel. Di akhir bukunya, dia hanya mencatat bahwa Nathaniel ini adalah pedagang rempah yang direkrut East India Company, perusahaan perdagangan Inggris untuk mengambil pala dari pusatnya di Kepulauan Banda dan Neira untuk didagangkan lagi di Eropa. Nathaniel yang mempersatukan semangat orang-orang Inggris yang sudah duluan ditahan oleh Belanda di pulau Banda dan Neira. Di bawah kepemimpinan Nathaniel, Inggris akhirnya bisa merebut Run, meski cuma sebentar. Dia dikalahkan oleh pasukan Jan Pieterzoon Coen, pejabat VOC yang dikenal bengis di masanya oleh Inggris.  Nathaniel sempat disiksa, tapi dia milih mati ketimbang mengakui ada rencana konspirasi menghancurkan Belanda

Di buku ini, Giles menjelaskan tentang Inggris yang sejak Ratu Elizabeth 1 hingga King Charles I, ikutan terlibat dalam kompetisi perebutan rempah. Agak ketinggalan ketimbang tiga negara Eropa lainnya, yaitu Spanyol, Portugis dan Belanda yang sudah duluan melakukan ekspedisi ke Indonesia. Mereka berangkat menelusuri Samudera Hindia, mampir ke negara afrika, melewati India, Selat Malaka, kemudian parkir di Banten (dalam buku disebut Bantam) lalu dari sana langsung ke Pulau Banda dan Neira, tempat yang dikenal dengan Palanya. Buah pala di Eropa lebih berharga dari emas, ini adalah buah ajaib yang bisa menyembuhkan banyak penyakit, dicari-cari oleh tim medis. Karena langka, harganya jadi sangat tinggi. Pemain Pala ya tiga negara ini, Inggris mau ikut-ikutan mencari peruntungan. Banyak sekali kegagalan yang dialami Inggris, mulai dari nyasar ke kutub utara karena mau cari jalan pintas, lalu ke benua Amerika (di sana kemudian mereka mendapati kalau ada pulau Manhattan yang dikuasai oleh Belanda yang membangun pelabuhan New Amsterdam), sebelum akhirnya sampai di Indonesia.

Kantor perwakilan East India Company adanya di Banten. Cerita menarik ketika orang pribumi tidak bisa membedakan mana orang Inggris dan mana orang Belanda, sama-sama putih. Orang Inggris merasa orang Belanda itu licik, memperlakukan orang pribumi dengan sangat buruk. Untuk membedakan Inggris dan Belanda, pejabat Inggris melakukan pesta ulang tahun ratu dengan mengundang pejabat daerah dan orang kaya di Banten, dengan kostum Elizabethan. Orang pribumi bertanya, kenapa yang orang bule di sana tidak diundang bukannya sama-sama dari Inggris? Pejabat Inggris menjawab, mereka orang Belanda, tidak beradab dan jahat, kami orang Inggris lebih berbudaya.

Singkatnya, setelah 50 tahun berperang memperebutkan Run, akhirnya terjadi gencatan senjata dan perjanjian Westminster, Treaty of Westminster yang salah satunya adalah mengembalikan Run pada Inggris. Di Banda, pejabat Belanda tidak rela mengembalikan Run, maka pulau itu dirusak, pohon pala ditebang, pulau dibakar dan orang Run dipindahkan. Pulau itu dijadikan mati dan tidak berguna. King Charles yang saat itu berkuasa menggantikan King James, mengalihkan strategi balas dendamnya. Kantor East India Company dipindah ke India yang lebih ramah menerima mereka, yang kemudian berganti menjadi British India, fokus dagang beralih dari Pala menjadi Kayu Manis dan Sutera, dan untuk membalas Belanda, King Charles habis-habisan mengirim dan menggempur Manhattan. Belanda yang lemah di sana karena fokus menguasai Indonesia, akhirnya menyerah. Perjanjian Breda menuliskan penyerahan Manhattan kepada Inggris, dan Run dikuasai Belanda.

Di akhir tulisannya Giles mengatakan, Neira yang menjadi pusat aktivitas di Kepulauan Banda memang tidak sama dengan Manhattan yang dipenuhi Gedung-gedung tinggi. Tapi Run, Banda, Neira dan Pulau Ai tetap lebih memikat dengan pemandangan alamnya. Sayangnya penduduk pulau ini tidak tahu sejarah luar biasa yang mengubah dunia saat ini, bermula di sini, di Kepulauan Banda dan buah Pala.

Pertanyaan terakhir tetap mengusik kepala saya, Belanda pernah menyesalkan melepas Manhattan demi Run?

Belanda dan Inggris sama-sama serakah pada akhirnya, siapa bilang penjajahan membawa kesejahteraan. Buku ini dibuat oleh orang Inggris, tentu saja isinya mau bilang, Inggris jauh lebih baik dari Belanda, bahwa mereka datang murni untuk berdagang bukan menjajah. Soal gaya tutur, Giles sukses membuat saya membaca sejarah tanpa merasa bosan, mengalir seperti membaca novel.

Iklan

2 responses »

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s