Begitu judul buku yang ditulis Wahyu Aditya, seniman digital yang menyebut dirinya sebagai aktivis di animasi dan design. Bahasa visual lebih mudah ditangkap oleh kita dan nyangkut, karena itu Wadit ingin mendorong generasi milinea, anak muda untuk berkarya dan membuat perubahan. Lewat bukunya yang berjumlah 297 halaman, Wadit menyentil banyak pihak.
Soal pendidikan.
Baru baca 4 halaman pertama, saya langsung berasa jleb dan bilang iya iya, betapa pelajaran kesenian selalu dianaktirikan dan ga dianggap penting dibanding Matematika dan Bahasa. Seminggu cuma 2 jam pelajaran kesenian apa yang mau didapat. Jadi kembali ke zaman saya SMP, pelajaran kesenian music Cuma dapat enam pas pelajaran menggitar, itu juga sudah babak belur jemari ini. Tapi di pelajaran gambar saya bisa dapat angka 9 dan kata ibu guru saya sebenarnya punya bakat, gambar abstrak dan bermain warna. Tapi karena sekolah dan keluarga menuntut saya pintar di ilmu pasti, menggambar jadi bukan prioritas. Bahkan sampai sekarang saya ga yakin mampu, nah ini kata Wadit, bukan ga mampu, Cuma ga minat hahaha.
Padahal lewat seni kita bisa menyampaikan banyak hal, gagasan dan kreativitas, bisa berkreasi dengan matematika dan ilmu pelajaran lainnya. Beruntungnya Wadit punya sekolah yang membebaskannya berkarya, mengubah logo sekolah, mendekorasi ruang kelas. Sekolah lain? Tetap datar dengan cat warna pucat dan logo sekolah yang kaku.
Soal pilihan kerja
Jadi seniman, mana ada orang tua yang legowo untuk langsung menyetujui anaknya jadi seniman. Hal yang pertama pekerjaan yang dimasukkan ke kepala anakanak adalah jadi pegawai negeri sipil lalu bidang professional lainnya. Padahal sekarang ada banyak profesi yang ga kepikiran sebelumnya, seperti perencana keuangan independen dan career coach. Wadit mencontohkan beberapa mantan siswanya di HelloAcademie awalnya adalah pegawai kantoran yang setelah menemukan passionnya justru lebih bahagia.
Soal status quo
Ini bukan politik sih. Wadit mencontohkan betapa generasi muda didoktrin soal kekakuan, formalitas lewat visual logo pemerintahan yang gitu-gitu aja. Di bukunya ini dia menawarkan perubahan bahasa visual yang bisa membangkitkan semangat dan dukungan anak muda.
Waditya bukan motivator loh, dia cuma bercerita berdasarkan pengalaman pribadinya menghadapi sistem yang ada. lalu buat orang yang “ga” bisa menggambar seperti saya, Wadit ngajarin bagaimana proses menggambar step by step.