
Kalau diberikan kesempatan untuk kembali ke masa lalu, apakah kamu akan ambil kesempatan itu? Meski kenyataan hari ini tidak akan berubah, meski harus mempertaruhkan nyawa karena waktu yang diberikan hanya sepanjang kopi masih hangat atau kamu akan terjebak di masa lampau selamanya, menjadi hantu. Menjelajah waktu hanya bisa dilakukan di bangku yang sama, untuk bertemu orang yang pernah berkunjung ke kafe itu.
Meski dengan persyaratan yang begitu rumit, toh Fumiko, Kohtake, Hurai dan Kei tetap menjelajah waktu. Empat cerita, empat orang menjelajah masa lampau dan masa depan menuntaskan rasa ingin tahu, dan rasa sesal yang tertinggal. Ada banyak hal yang ingin disampaikan tapi tak sempat terucap sampai waktu yang diberikan berlalu.
Novel ini mengangkat cerita sederhana tentang manusia dan rasa sesalnya, mengambil tempat di sebuah kafe kecil tanpa pendingin ruangan, tanpa jendela. Ada satu bangku yang ditempati hantu perempuan yang terjebak dalam waktu, tak bisa kembali karena terbawa perasaan ketika menjelajah waktunya di masa lalu.
Setiap bab membuat saya menangis meraung-raung sepertinya saya yang ada dalam cerita itu. Menampar saya betapa banyak hal yang tidak sempat terucap kepada sahabat dan ayah yang sudah lebih dulu pergi. Tak sempat menyampaikan terima kasih telah memberikan cerita dalam hidup saya. Bahkan di bab terakhir, kalau saja tidak membacanya di teras, saya tentu sudah meraung seperti sahur tadi. Akang sampai bingung melihat saya menangis seperti ditinggal mati kekasih hati. Iya tangis yang hanya bisa ditumpahkan orang yang tahu rasanya kehilangan.
Jangan biarkan waktu mengalahkanmu, kalau ada yang ingin kamu sampaikan pada seseorang, sampaikan sekarang sebelum semuanya terlambat. Jika tak bisa mengubah takdir, paling tidak kamu melanjutkan hidup tanpa rasa sesal dan penasaran.
Sukseslah novel 213 halaman dibaca hanya dalam 2 malam.