Tidak Ada Kata Terlalu Muda Untuk Sebuah Perjuangan. Review UnFree Speech – Joshua Wong

Standar
Tidak Ada Kata Terlalu Muda Untuk Sebuah Perjuangan. Review UnFree Speech – Joshua Wong

Ini adalah buku paling cepat saya baca. Jika tidak diselingi pekerjaan dan ekstrakurikuler lain, buku setebal 258 halaman ini bisa selesai dalam satu malam. Joshua Wong bercerita dengan bahasa paling sederhana yang bisa dipahami oleh siapa pun. Membaca surat-suratnya yang ditulis di dalam penjara anak-anak dan selama beberapa hari di sel penjara orang dewasa membawa saya masuk ke dalam dunianya. Bagaimana anak muda yang mulai aktif berpolitik sejak usia 14 tahun ini bertahan hingga sekarang di usianya di pertengahan 20an? Bagaimana memelihara idealisme yang sangat mudah bergeser seiring dengan bertambah usia dan semakin banyak tuntutan sosial dan keluarga yang membebani perjalanan hidup anak muda?

Ketika bicara anak muda atau pemuda, izinkan saya memakai ukuran usia 15-28 tahun dalam standar PBB. Saat bekerja dengan Ashoka, saya mengenal anak-anak yang usianya mulai dari 12 tahun tahun sudah punya keinginan untuk berbuat sesuatu buat sekitarnya. kids are amazing indeed. Karena itu kalau ada yang bilang “anak-anak Cuma ikut-ikutan dan tidak punya keinginan pribadi melainkan disetir oleh orang dewasa,” aku bisa meradang. Saya bisa membuktikan anak-anak ini punya keinginannya sendiri, mimpinya sendiri, orang tua hanya perlu mendukung dan mendampinginya.

Joshua Wong salah satu buktinya. Kalau ditanya apa keluarga memengaruhi dia? Jelas iya. Ayahnya bekerja sebagai IT dan aktif di kegiatan gereja, sementara ibunya adalah seorang aktivis. Orang tuanya menikah beberapa hari setelah kejadian Tianammen dan memutuskan untuk membatalkan pesta perkawinan untuk menghormati peristiwa itu. Cerita itulah yang mulai menggerakkan Joshua kecil. Dia takkan tahan melihat ketidakadilan di sekitarnya. Joshua bukan anak “cemerlang”, dia berjuang melawan disleksianya. Di usia 14 tahun, pas SMP, dia mulai berpolitik, lewat page facebook, dia mengajak siswa lain protes soal makanan di kantin sekolahnya. Ketika orang tuanya dipanggil pihak sekolah, ibunya bilang “bukan salah anak saya, dia hanya menyuarakan apa yang dirasanya sebagai kebenaran. Jika kamu menghukumnya, sekolah ini justru akan dapat citra buruk.” Tidak perlu saya ajak kamu membayangkan reaksi orang tua kebanyakan ya.

Di usia 15 tahun lah, aktivitas politiknya membesar. Dia menggagas Scholarism, menolak kebijakan pendidikan nasional di Hong Kong yang merujuk pada doktrinisasi komunis China. Dia berhasil menggerakkan ratusan orang turun ke jalan. Lalu untuk kali pertama, dia ditahan kepolisian. Dari protes tentang kebijakan pendidikan, Scholarism berkembang menjadi gerakan Umberella Movement menentang undang-undang ekstradisi, bahwa orang Hong Kong bisa diadili di Cina dan itu artinya peluang mendapatkan peradilan yang adil semakin tipis.

Perjuangan di jalanan itu penting, tapi strategi harus diperkuat dengan masuk dalam sistem. Damn sound so familiar hahaha. Lalu bersama tiga orang penggerak Umberella Movement, Joshua membentuk partai Demosisto, berjuang memasukkan Nathan sebagai calon legislatif dan sebagai partai anak muda, mereka berjuang lebih keras untuk kampanye. Nathan berhasil masuk dalam legislatif sebagai anggota legislatif termuda dalam sejarah Hong Kong di usianya yang baru 22 tahun. Joshua bilang “Beat them in their own game!” I will keep that in mind, Josh.

Perjuangan Umberella Movement dari protes damai berubah menjadi lebih keras dan radikal, why? Karena perjuangan damai mereka ternyata tak mampu menggerakkan pemerintah untuk berubah dan tidak didengar. Mereka sudah menitipkan satu orang di legislatif tapi kemudian didiskualifikasi karena Nathan menolak menghormati simbol-simbol Cina. Joshua, Nathan dan Alex kembali ditangkap, ditahan dan didakwa bersalah untuk Umberella Movement karena menentang pemerintahan yang sah.

Bagian paling menggetarkan buat saya adalah ketika Joshua Wong merefleksikan perjuangannya mempertanyakan idealismenya sendiri. Apakah dia begitu egois dalam berjuang sehingga membahayakan keluarga besar mereka? Apakah perjuangannya sejak usia 14 tahun berdampak? Dalam penjara, Joshua menerima ribuan surat dari seluruh dunia, dari anak-anak yang terinspirasi atas perjuangannya sampai orang tua yang merasa terpanggil untuk ikut berjuang bersama anak-anaknya. Membaca surat-surat itu membuat Joshua yakin dia telah ada di jalan yang benar.

Di saat rekan seusianya belajar di kampus dan setelah lulus bersiap untuk bekerja dan menerima slip gaji pertama mereka, Joshua menulis jurnalnya di dalam penjara. Tapi dia sangat percaya bahwa perjuangan membela demokrasi ini sangat penting, bukan hanya untuk dia saat ini, tapi pada 2045 ketika usianya 50 tahun, dia ingin anak-anaknya dan cucunya bangga pada perjuangannya. Dia telah berjuang, sekuat-kuatnya.

Di akhir bukunya, dia meminta anak-anak muda untuk tidak diam karena masa depan mereka sangat mudah diatur dan diputuskan orang dewasa tanpa mereka sadari. Bahwa perjuangannya di Hong Kong adalah perjuangan bersama dunia untuk menjaga demokrasi dan kemerdekaan anak-anak saat ini dan masa depannya.

Setelah menutup buku ini, saya kembali ke belakang, apa yang terjadi pada saya di usia 15 tahun? Yang saya ingat, saat itu saya dijewer mami dari sekolah sampai rumah karena ada satu nilai merah di rapor. Saya selalu juara kelas selama sekolah, angka merah adalah aib. Papi saya bilang “kawinkan saja kalau susah diatur dan malas sekolah. Buat apa orang tua investasi pada anak perempuan kalau yang diharapkan malah begitu.” Saya rasa saat itulah saya menjadi feminis, bahwa anak-anak perempuan punya hak untuk sekolah tinggi, bahkan saat melakukan satu kesalahan. Hey, everyone makes mistake right, tapi menikah di usia sangat muda semacam hukuman untuk masa depan yang lebih baik.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s