Hening yang Terbit Tanpa Keriaan

Standar
Hening yang Terbit Tanpa Keriaan

Hening novel kedua saya akhirnya muncul di Google Playbook dan masih berstatus Pre-Order karena jadwal resmi terbitnya adalah 13 September 2020 nanti. Siapa yang menentukan, ya saya sendiri, namanya juga Self-Publishing featuring Google Playbook. Setelah Hening saya munculkan di Facebook, ada banyak pesan bertanya, bagaimana caranya? Kasih tahu ga ya? 🙂

Hening itu novel yang sangat personal buat saya. Bagian mana yang paling dekat sama saya, tentu akan terasa oleh pembacanya. Ada satu bagian tentang persahabatan semasa kecil dengan seorang kawan yang sekarang sudah meninggal dan saya merasa harus diabadikan dalam sebuah cerita. Kepada kawan ini saya berhutang banyak, dia yang menemani saya dewasa, dan saat dia meninggal saya sedang tak ada di sisinya. Novel ini saya dedikasikan untuk sahabat kecil saya Imron Rosadi.

Hening juga terbit tanpa gegap gempita dan keriaan seperti TUN 2013 lalu. Seperti namanya, novel ini terbit dalam Hening. Sejak awal pandemi ramai dan kita semua mendekam di rumah saja Maret lalu, saya sudah bilang pada calon penerbitnya, “Ra, Hening mau gue terbitin e-book aja ya.” Alasan pertama karena saya memang tak ada modal untuk mencetak secara hardcopy. Alasan kedua yang tak kalah pentingnya, ya supaya orang ga usah bela-belain ke toko buku cuma buat Hening, atau saya mesti ke TIKI dan kawankawannya untuk mengirimkan buku pada pemesan. Jangan sampai ada acara peluncuran buku yang offline supaya ga kumpul orang-orang dan yang penting, e-book lebih mudah diakses siapapun dimanapun. Belajar dari TUN yang diminta oleh kawan di Amerika terus saya manyun lihat harga ekspedisinya.

Hening adalah antitesis saya yang mencoba melawan kejayaan Google. Pada akhirnya saya menyerah pada Google karena memang memudahkan semua hal yang saya sebut di atas. Menerbitkan Hening sama sekali ga keluar uang, hanya butuh 12 hari deg-degan menunggu keputusan hasil review Google untuk legalitasnya dan mencegah plagiat. Di Google Playbook saya bisa membaca pergerakan uang masuk, ada berapa yang laku. Bukan pada jumlah uangnya, tapi pada transparansi proses transaksinya. Meski saya sedang bunuh diri dengan memasukkan rekening dalam rekaman big data mereka. *tetep. Kenyamanan memang harus dibayar sangat mahal dengan privasi dan saya sadari itu.

Beberapa bulan sebelum Hening terbit, kawan bertanya “mana yang lebih penting, uangnya atau pembacanya? Hasil penjualan atau karena pengen dibaca banyak orang?” terus terang sampai hari ini saya belum bisa membayangkan akan bergantung hidup dari menulis novel, meski pada 2045 saya berharap bisa menjadi Haruki Murakami Indonesia, boleh dong bermimpi. Tapi kalau kemudian membagikan gratis Hening atau menaruhnya di WordPress begitu saja, akan rentan diambil dan diklaim jadi karya orang lain. Saya sedang mencegah orang lain berbuat curang. Terinspirasi itu baik, mencontek dan plagiat itu haram! Maka dengan Google Playbook, hak cipta saya terlindungi lewat kode GGKey dan bukan ISBN – karena ISBN hanya diberikan kepada penerbitan terdaftar, saya lagi-lagi pejuang kesepian tssaaah, mau nulis the lone fighter. Hening memang jadi percobaan buat saya untuk mandiri, self publishing, ya bukan siapa-siapa, tidak punya massa yang bisa digerakkan untuk membelinya. Semacam tantangan, kalau selama ini saya membantu orang berstrategi jualan, kalau  jualan karya sendiri, bisa nggak ya? dan sampai hari ini belum nyusun strateginya dooong.. *toyor

Untuk yang ingin menerbitkan buku lewat Google Playbook, silakan masuk dulu ke aplikasi itu dan ikuti saja petunjuknya, Mbak Google hadir untuk memudahkan kita kok dengan bayaran privasi, please note it.

Sedikit promosi lagi, Hening adalah tentang kegelisahan para mantan aktivis 98 yang kecewa pada jalannya reformasi yang lamban terwujud. Masuk sistem dong supaya bisa melakukan perubahan, tapi nyatanya, tak ada. Cerita tentang Stockholm Syndrome, orang-orang yang jatuh cinta pada para penculiknya, para penguasa yang dulu mereka caci maki tapi berbalik “jatuh cinta”. Tentang mata-mata yang ada di sekitar kita.

Yang sudah baca tolong tinggalkan komen di sini atau dimana yang bisa saya baca ya. Please jangan memberikan komentar semata hal baik karena saya takkan bisa berkembang dengan pujian, hidung saya saja nanti yang akan kembang kempis. Saya mau jadi Haruki Murakami, bantu nyok…perjalanan masih jauh banget.

Di ini linknya ya https://books.google.co.id/books?id=xAb5DwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false (tetap promosi)

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s