Asah Cara Berpikir Kritis di Era Polusi Informasi. Review #8 The Perils of Perception by Bobby Duffy

Standar
Asah Cara Berpikir Kritis di Era Polusi Informasi. Review #8 The Perils of Perception by Bobby Duffy

Pikiran negative, memori buruk menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran berlebihan akan membawa kita membuat keputusan yang buruk dan membentuk persepsi yang salah. Emosi mengontrol pikiran, itu memang iya, tapi manusia kan ga bodoh, kesimpulan Duffy, kita akan selalu bisa berubah, tergantung bagaimana kita mau membuka diri pada hal yang baru, mencerna realita berdasarkan fakta.

Bobby Duffy adalah direktur sebuah lembaga survey internasional yang bermarkas di London, IPSO. Ilmu statistic adalah makanan dia sehari-hari. Era polusi informasi dimana informasi sangat mudah diakses, tanpa susah mencari, kita dipaparkan oleh informasi yang diframe untuk kepentingan tertentu bahkan algoritma menyajikan informasi berdasarkan history pencarian kita. Kita dipaksa untuk diasah kembali pengetahuan statistic (yang sangat bikin saya stress waktu kuliah dulu), berpikir kritis saat berhadap dengan informasi.

Dalam penelitian sosialnya tentang “misperception” di 13 negara selama 4 tahun yang dituangkan dalam buku ini, menyimpulkan banyak hal menarik. Bahwa kita tidak pernah menghitung bahwa punya itu mahal, dari asuransi kesehatan, pendidikan dan jiwanya. Kita cenderung ingin kelihatan sama dengan orang kebanyakan bahkan lebih baik. Kita sangat percaya kalau kita kelebihan berat badan dan percaya gula itu buruk. Terorisme itu mengancam, imigran bakal merebut kehidupan layak yang pribumi punya dan pemimpin saat ini sebaiknya diganti dengan yang lebih kuat, itu adalah misperception yang dicetak oleh media dan sosial media. Politisi dan jurnalis adalah profesi yang paling tidak dipercaya berdasarkan hasil survey mereka di 13 negara tersebut.

Tidak ada satu resep khusus untuk menangkal misperception di era post-truth, sebagaimana para ahli psikologi, sosial dan komunikasi percaya, latar belakang pendidikan bukan satu-satunya factor yang menentukan cara kita berpikir. Tapi ada emosi, pengalaman yang membentuk cara kita melihat sesuatu. Konteks politik dan kebebasan berekspresi suatu negara juga berpengaruh. Hal-hal negative sangat mudah nyangkut di kepala kita, dan media sangat paham itu. “When it bleeds it leads” dan “Simplify then exaggerate” adalah model media, mereka memang harus menyodorkan rating dan jumlah pembaca untuk menyakinkan pemilik modal dan para pengiklan. Sementara sosial media mencuri informasi pribadi kita, membaca kebiasaan, dan menjualnya kepada pengiklan, pemodal termasuk politisi yang lalu “menghajar” kita dengan informasi yang dibentuk berdasarkan cara kita memilih informasi untuk menguatkan opini yang kita punya.

Kita punya kecenderungan untuk mencari informasi sesuai dengan pilihan hati untuk menguatkan opini sendiri. Then break your bubble, keluar dari tempurungmu, cari informasi lain di luar kebiasaan, termasuk bergaul dengan sebanyak-banyaknya kelompok termasuk yang selama ini kamu takutkan untuk bergaul. Contoh dari saya, semisal kamu tidak pernah bergaul dengan temanteman LGBT dan kamu sangat percaya “mereka menular” coba deh, keluar dari kepercayaanmu sejenak dan berteman dengan mereka. Mereka manusia biasa sepertimu dan tidak menular loh. Menakut-nakuti orang tentang bahaya perubahan iklim tidak akan serta merta membuat public berubah dan melakukan aksi penyelamatan bumi. Relevansi dengan konteks, kedekatan perlu, memberikan contoh positif jauh lebih efektif daripada memberikan informasi yang menimbulkan ketakutan.

Bobby Duffy mengajurkan agar media and news literacy, bersama dengan political knowledge juga critical thinking dan statistic harusnya menjadi bagian dari kurikulum pendidikan dasar. Mengajarkan orang tua berpikir kritis dan statistic sudah terlambat, tapi untuk membuat generasi mendatang pandai membaca dengan kritis, maka lakukan sejak dini! Para pencinta fakta dan data, sempurnakan mereka dengan cerita. Storytelling itu penting karena kita adalah binatang yang bercerita dan itu akan lebih menggugah isi kepala orang untuk menerima informasi.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s