Bagaimana si Miskin Mati, oleh George Orwell. Review #27

Standar
Bagaimana si Miskin Mati, oleh George Orwell. Review #27

Buku ini adalah kumpulan esai George Orwell yang semuanya ditulis berdasarkan pengalaman, pengamatan dan hasil analisa Orwell sebagai penulis, yang juga pernah bergabung sebagai tentang Inggris di Burma. Tulisannya berisi kritikan tentang imperialisme Inggris di dunia, tentang bom, bahkan sepakbola. Orwell hidup melewati perang dunia kedua, dan di masa-masa kekuasan nazi hitler. Meski buah pikirnya dihasilkan di masa ‘lalu,’ ternyata sejarah sangat mudah berulang sekalipun dalam bentuk berbeda, dan pemikirannya menjadi relevan. ‘Bagaimana si Miskin Mati,’ adalah salah satu judul esai dari buku ini, tentang bagaimana rumah sakit memperlakukan orang miskin, orang jajahan saat mereka sakit dan ‘dibiarkan’ mati, lalu mayitnya dirubung anak-anak sekolah kedokteran sebagai materi percobaan.

Orwel menganggap kata nasionalisme itu berbahaya dan mereka yang mengakui sebagai nasionalis hanya memainkan rasa patriotisme orang-orang awam untuk kepentingan politik mereka. Seorang nasionalis sangat sulit menerima kritikan karena merasa kesatuannya dalam bentuk negara adalah yang terbaik daripada yang lain. Dalam esai “catatan tentang nasionalisme” Orwell menjabarkan berbagai bentuk dari nasionalisme sepanjang sejarah hingga akhir hidupnya. Rasa nasionalisme menjadi alasan sebuah negara berperang.

Salah satu perwujudan semangat perang justru ada dalam bentuk kompetisi olaharaga. Di dalam ‘Semangat Olahraga,’ Orwell menuliskan olahraga yang tidak sesederhana adu fisik, tapi lapangan adalah medan perang, pertemuan kebencian, kedengkian, ketidakpedulian terhadap aturan, kenikmatan sadistik yang didapat dari kekerasan: dengan kata lain, perang tanpa tentara. Sikap penonton menjadi hal yang penting, jerit-jerit kegirangan mereka atas permainan kaki, melompat dan menendang yang menjadi lambang keunggulan sebuah bangsa (atau kelompok)

Lalu bagaimana “Politik dan Bahasa Inggris” memanipulasi narasi untuk kepentingan kelompok. Orwell mengritik penggunaan bahasa yang digunakan dalam politik yang menyalahi aturan dalam penulisan. Sangat biasa menemui narasi politik yang dogmatis dengan metafora yang buruk. “Di zaman ini, pidato dan tulisan politik pada hakikatnya bertujuan untuk membela apa yang tidak patut dibela… bahasa politik pada umumnya hanya terdiri dari eufemisme dan ketidakjelasan makna yang menambah alih-alih menjawab pertanyaan masyarakat.”… penggunaan bahasa yang buruk akan merusak pikiran! Karena efek penggunaan kata atau frasa itu sangat besar, maka Orwell merasa perlu menuliskan aturan dalam menulis:

  • Jangan pernah menggunakan metafor, kiasan, atau ungkatan yang sudah biasa Anda baca
  • Jangan pernah menggunakan kata panjang kalau ada kata pendek yang bermakna sama
  • Bila ada kata yang bisa dipangkas, pangkas kata itu
  • Jangan pernah menulis kalimat pasif apabila Anda bisa menggunakan kalimat aktif
  • Jangan pernah menggunakan frasa asing, kata ilmiah, atau jargon apabila Anda berhasil menemukan padanannya dalam bahasa sehari-hari
  • Lebih baik Anda melanggar salah satu dari aturan ini daripada menulis sesuatu yang biadab.

Tapi bagaimana pun Orwell menolak disebut sebagai penulis tentang masalah-masalah kemasyarakatan. Dalam “Mengapa Saya Menulis,” dia mengatakan penulis itu adalah seorang yang egois, yang menyimpan sendiri alasannya sebagai misteri. Tapi menulis buku adalah perjuangan yang melelahkan dan menggetarkan, seperti penyakit parah yang berkepanjangan. Tidak akan ada orang yang mau melakukan hal seperti itu kalau ia tidak didorong oleh semacam setan yang tidak dapat dilawan dan dimengerti.

Buku ini diterjemahkan Widya Mahardika Putra, dan saya harus mengapreasinya karena menyajikan terjemahan yang baik. Baik dalam artian mudah dimengerti, karena begitulah inti sebuah terjemahan buku.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s