Dua Bulan Tanpa Gaji. Begini Caranya Bertahan

Standar
Dua Bulan Tanpa Gaji. Begini Caranya Bertahan

Keluar dari zona nyaman itu memang menakutkan, bohong kalau tidak ada kekhawatiran soal ina inu yang selama ini membuat kita terlena. Tapi ketika keluar dari zona nyaman itu harus dilakukan, seperti saya karena kondisi kesehatan, ya lakukan dengan satu kepercayaan saja, berprasangka baik selalu pada yang punya hidup ini. Itu kan nilai ya. Kalau pratiknya seperti apa persiapan yang harus dilakukan?

Tahun 2015 lalu, saya keluar dari pekerjaan tetap untuk mengejar mimpi mau fokus mengejar beasiswa Chevening, hanya dengan modal cuma dua juta di tabungan dan iming-iming pekerjaan sambilan ina inu. Tapi karena saya punya target, mau sekolah, dan ternyata bisa. Punya tujuan yang jelas itu memang membantu kita buat bertahan hidup, meski kelihatannya gila dan tidak mungkin. Waktu berangkat sekolah, saya hanya pegang uang seadanya, dililit tagihan utang kartu kredit dan cicilan rumah. Setiap bulan dengan uang beasiswa, saya masih bisa mengirim sedikit uang buat mami, tapi tidak untuk kartu kredit dan rumah.

Pulang dari sekolah 2016, rumah saya masuk daftar penggadaian dan dari bank saya dikejar-kejar setan kredit. Saya terima hukuman itu, karena memang saya tidak sanggup membayar dengan uang beasiswa. Dengan penuh kesadaran, saya mengontak satu-satu pihak bank dan kpr, saya sudah bekerja lagi dan saya akan melunasi semuanya. Lagi-lagi keajaiban itu ada, semesta itu baik. Di 2017, rumah saya kembali, cicilan kartu kreditnya yang masih lanjut dengan beberapa keringanan.

Di 2018, sejak Januari kesehatan saya terganggu dan memburuk di bulan Mei, secara fisik dan mental. Persis menjelang lebaran, rezeki alhamdulillah membaik dengan THR yang saya alihkan untuk membayar lunas utang kartu kredit. Saat itu utang KPR juga tinggal sedikit, tapi kalau semua harus dialihkan kesana, lebaran manyun dong. Masih sempat untuk mengajak mami dan kedua ponakan liburan bareng di Bandung.

Juli 2018, saya mengundurkan diri dari pekerjaan tetap. Saya merasa harus membenahi kesehatan fisik terutama mental saya. Sedikit ketar-ketir soal keamanan keuangan, apalagi akang suami saya pun tidak punya financial security yang baik. Kami dua orang nekat yang percaya saja pada keajaiban. Tapi kepercayaan untuk bisa bertahan tanpa gaji itu bukan tanpa dasar, nah ini dia tipsnya:

  1. Lunasi kartu kredit. Selama kita masih berutang akan sulit untuk mengatur keuangan dan kehidupan dengan bebas.
  2. Dua rekening di bank berbeda. Ada satu rekening yang khusus cash flow, keluar masuk gaji. Biasanya masuk sekali, keluarnya berkali-kali. Sudah dua bulan ini tidak ada yang masuk, tapi alhamdulillah sisa tabungan masih bisa buat bertahan. Satu rekening lagi khusus tabungan untuk keadaan darurat. Cicilan rumah 750, saya selalu lebihkan. Karena bukan financial planner, saya tidak pakai keharusan presentase jumlah tabungan dari gaji. Sekenanya saja, kalau ada uang lebih sedikit, tabung!
  3. Beli emas. Sewaktu bekerja jauh di kampung-kampung terpencil membuat saya hemat. Ya iyalah, mau jajan apa coba. Jadilah post uang jajan itu saya gunakan buat jajan emas, 1 gram, 2 gram. Istilah sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit itu benar adanya. Belum jadi bukit, tapi minimal ada cadangan yang bisa digunakan.
  4. Ubah gaya hidup. Sebagai anak yang lahir dan besar di Jakarta yang segalanya ada, bergaul dengan teman sana-sini, tidak bergaji itu terasa sekali. Tidak ada lagi kongkow di kafe apalagi yang mewah, kecuali sekali ketika kami kumpul buat pembentukan Kait Nusantara. Tidak ada bioskop, dan jalan-jalan di mal yang selalu pulang dengan jinjingan. Sepi? Tidak juga sih. Sesekali masih ke starbak, tapi buat kerja bukan nongkrong. Saya jadi hitungan, kalau saya beli dua gelas minuman, berapa banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan. Bukan lagi dihitung buat kongkow.

Bulan pertama, saya habiskan untuk mengurus administrasi Kait Nusantara. Ini adalah tujuan hidup saya sekarang, mainan baru, fokus saya ke sana. Bulan kedua, mulai menurunkannya menjadi aktivitas, salah satunya dengan Perempuan Menulis, yang kemudian jadi program literasi dari Kait Nusantara. Bersama ceu Devi, kami voluntary saja datang seminggu dua kali ke Lapas Perempuan. Tidak ada sponsor, jelas susah brand menempel pada Lapas. Tidak ada funding, karena pasti akan lama prosesnya. Prinsip kami, ya sudah sik, jalan saja dulu. Jika suatu hari ada rezekinya, ya memang sudah waktunya. Sesekali akan terdengar, “tunggu bentar yak, ini grab nya mahal amat. Lima belas menit lagi dah, nunggu harganya turun.” Tentu saja kami tetap harus berhitung ongkos yang datang dari dompet sendiri. Saya beruntung, demi berhemat ongkos, suami siap antar ke lapas. Saya juga jadi rajin naik angkot lagi, hemat dan lebih banyak yang bisa dilihat.

Karena percaya rezeki tak akan kemana kalau kita berusaha, alhamdulillah, tawaran untuk mengisi rekening cash flow pribadi itu mulai berdatangan di pekan kedua September. Menerjemahkan subtitle film, mengisi website lembaga, jadi penerjemah sebuah pertemuan. Apa saja yang penting halal. Memulai segala sesuatu dari awal itu menyenangkan. Sesekali ada yang bertanya, terus guna gelar master itu untuk apa? Saya sih bisa bilang, untuk memasteri diri sendiri! Setiap hal kecil yang bisa kita lakukan untuk orang banyak dan menyelamatkan diri sendiri, ya lakukan saja. Tidak perlu melirik pada ijazah, gelar, status dan rekening.

Saya merasa lebih bahagia saat bisa mengendalikan hidup sendiri dan masih bisa membaginya dengan orang lain. Lesson learned selama dua kali menjadi orang “bebas” adalah, cari tujuan hidupmu, fokus pada tujuan itu, berusaha dan berprasangka baik selalu pada semesta, insya Allah tercapai. Kalau menemukan krikil, ya dibikin asik aja, namanya juga orang hidup.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s