Mesin Tidak Akan Menang. Review Rise of The Machine – Thomas Rid #2

Standar

Begitu selesai membaca buku ini, saya langsung terpukul. Selama ini saya merasa khawatir kalau mesin-mesin itu akan mengambil alih kehidupan kita sebagai manusia, mengambil jatah hidup, pekerjaan kita sebagai manusia. Toh contohnya sudah ada, pekerja tol yang dikurangi dengan uang elektronik, ojek pangkalan yang harus beradaptasi dengan aplikasi. Tapi Rid mengingatkan kembali, ketika Norbert Weiner, si bapak pencetus istilah Cybernetic memprediksi serangan tentara Jerman atas Inggris di perang dunia kedua lewat radar elektroniknya yang akan jatuh pada detik kedua puluh. Prediksi itu salah. Robot mengambil alih kerja manusia, tapi butuh manusia untuk membuat robot. Begitulah singkatnya.

Di buku ini Rid seolah ingin bilang, Homodeus itu ga akan jadi nyata, karena dalam sejarah perkembangan teknologi dunia, selalu ada pola ‘promise, rise, and fall.’ Teknologi menjanjikan kehidupan manusia menjadi lebih baik, teknologi kedokteran membantu manusia hidup lebih lama. Teknologi menemukan puncaknya sejak 40an sampai lebih dari 70an tahun setelah Weiner menelurkan istilah cybernetic. Dalam perjalanannya Cyberculture berubah menjadi Cybercult, mereka yang mendewakan teknologi sebagai jawaban atas kehidupan manusia dan Weiner sebagai nabinya, yang jelas-jelas dia menolak. Lalu muncul cyberspace yang dalam perjalanannya disetarakan dengan LSD, Lucy in the Sky with Diamond. Ketagihan atas dunia maya disetarakan dengan obat-obatan terlarang, membuat orang berhalusinasi.

Feminis melihat cybernetic sebagai pembebasan dari semua yang memecah belah manusia lewat agama, suku dan jenis kelamin. Cybernetic memformulasi ulang identitas manusia, bahkan hidup tanpa identitas. Anarchist melihat cybernetic sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah. Perjuangan mereka atas kebebasan untuk berkreasi, berbagi informasi, dan eksistensi bertolakbelakang dengan negara yang selalu ingin mengontrol warganya atas nama keselamatan bangsa dan negara.

Rid mengingatkan kembali siklus promise, rise and fall. Man-machine menjadi machine-man memang berbahaya. Akan selalu ada hacker yang mencoba membobol demi kebaikan, dan hacker yang menjual informasi untuk kepentingan pribadi, selalu ada inovasi teknologi baru dan akan selalu ada yang bisa mengalahkannya. Kita sedang dalam cyberwar, Amerika selalu akan jadi negara paling rentan untuk dibobol sistem keamanannya, secanggih apapun. Setiap negara saling mengawasi tetangganya, ketakutan-ketakutan untuk melindungi kerahasiaan masing-masing. Semua sangat bergantung pada manusia yang ada di depan laptopnya. Mesin hanya alat. Manusia yang meng – input data bagaimana pun juga, mesin yang mengelola. Jika terjadi kesalahan, tak pernah ada yang menyalahkan mesin, tapi manusia yang menciptakan dan mengelolanya. Rid seperti tidak percaya pada istilah machine that produce themselves.

Saya bukan the technology savy. Saya bahkan bergantung pada orang lain untuk menangani laptop kalau dia lagi ngadat. Saya termasuk yang peduli pada hak privasi saya tapi sekaligus percaya pada kekuatan sosial media untuk menyebarkan ide dan pemikiran, karena dia di belakang laptop dan membiarkan dunia maya liar pun seperti sebuah kesalahan.

Tiba-tiba saya dibawa ke masa saat menulis disertasi master, London 2016. Saya, Dana kawan dari Palestina, seorang arsitek. Lalu ada Mien, curator budaya dari Vietnam dan Yousef, anak S1 dari ilmu computer, seorang programmer. Kami yang tua-tua ini nyaris putus asa menyelesaikan disertasi, mau nulis apa lagi. Lalu kami tiba-tiba satu ide dan menatap Yousef, ‘hey you… kamu kan programmer computer kan? Bisakah ciptakan aplikasi yang bisa menuliskan disertasi buat kami?’

Yang ditanya menatap balik dengan melotot… ‘ide bagus teman. Kalian kan tinggal masukan kata kunci, buku yang menjadi referensi, pertanyaan besar disertasi, dan biarkan algoritma bekerja. Bagian akhirnya, kalian tinggal periksa apakah sudah sesuai dengan keinginan, ya kan.’ Kami hanya bengong, tertakjub takjub dengan jawabannya.

Hari itu mungkin cuma mimpi, tapi saya mestinya tidak perlu heran kalau besok Yousef atau programmer lain berhasil menciptakan Dissertation App.
rise of the machine

 

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s