Satu dekade lagi dalam hidup bakal segera berakhir. Dalam tiga bulan ke depan bakal memasuki dekade baru, dekade 40an, sedaap. Yang saya ingat, waktu memasuki usia 30, seperti juga kamu saat ini, ada rasa ‘menua’ sementara masih ada segudang mimpi yang belum terealisasi. Usia adalah angka, age is just a number, tapi justru itu, age IS about number! Kamu memang mesti berkejaran dengan waktu dan cita-cita. Own it! Waktu itu kawan, kamu yang tentukan, kamu yang atur. Kamu jangan mau tergilas waktu, setiap hari melakukan hal yang sama, tapi hasilnya cuma cape dan menggurutu, tak ada waktu menuntaskan mimpi.
Kamu memang harus berhitung, berapa lama lagi sisa hidup ini? Mau apa di sisa waktu itu?
Kawan-kawan dekat saya tahu persis, saya sebetulnya menargetkan hidup tak lebih dari usia 60 tahun. Kalau besok umurku sampai di 40, artinya hanya ada sisa waktu 20 tahun untuk menyelesaikan semua cita-cita. Saya ini pecinta hidup dan kehidupan, I live my life fullest, setiap detik ada syukur masih diberi waktu, dan cita-cita sederhana aja, memanfaatkan hidup untuk bermanfaat, buat diri sendiri, keluarga, sahabat dan orang banyak. Saya sudah sangat kaya, dengan sahabat dan keluarga, itu saja. Hidup bukan tentang berapa tabungan yang saya punya, berapa mobil berjejer di garasi, semewah apa rumah yang ditinggali. Hidup itu tentang cinta, tssaaah… eh bener, do what you love and love what you do, sesederhana itu kok. Do what you love, must come first, artinya kamu memilih untuk melakukan apa yang kamu suka. Love what you do, itu kedua, artinya, kalau tak punya pilihan lain dan memilih bertahan dengan situasi saat ini, ya udah, cintai apa yang sedang kamu kerjakan, do not complaint!
Buat kamu yang merasa 30 itu angka tua, ya memang, but grow old gracefully and again, live your life fullest. Here my experiences, one of the best ones in life during 30s:
2008 – 30 tahun, saya, Dewi dan Mekka pergi ke Bali. Merayakan 30 tahun saya di Hard Rock Café, main parasailing di Tanjung Benoa dan ke Uluwatu. Mekka baru 11 hari menikah waktu itu, tapi kami culik ke Bali, biar rame.
2009 – 31 tahun, Etta sahabat saya telpon, ada rumah murah mbak, gue bayar Booking Fee buat lu yak. Habis itu nyicil DP rumah 4juta perbulan sementara gaji saya Cuma sekitar 7an, masih dengan kebutuhan lain. Akhirnya 4 bulan cuma makan nasi telor dan dibantu kiri-kanan. Supporting system saya memang sangat bagus sejak dulu.
2010 – 32 tahun, akad kredit rumah! Wuiih… akhirnya punya tujuan gaji bulanan, nyicil rumah.
2011 – 33 tahun, saya kenalan dengan Iwan (suami saya, akhirnya), lewat YM messenger. Ngobrol enak, lalu janjian ketemu, eh jalan bareng deh. Mulai menulis novel
2012 – 34 tahun, saya naik gunung Gede, pertama kali sampai ke puncak. Saya keluar dari zona aman setelah 10 tahun 11 bulan di KBR68H, lalu bekerja di Ashoka di Bandung dengan gaji setengah lebih rendah dari sebelumnya. Alasannya sederhana, mencoba sesuatu yang baru, mumpung ada kesempatan bisa jauh dari kepenatan Jakarta dan lebih dekat dengan Iwan.
2013 – 35 tahun, I launched my first novel ‘TUN’, lewat penerbit indie.
2014 – 36 tahun, decided to be a freelancer! Modal berapa tabungan waktu itu? Cuma 2 juta rupiah. Modal paling penting dalam urusan kerjaan adalah jejaring dan percaya diri aja, percaya kalau rezeki itu tak salah kotak, yang penting usaha cuy. Lalu sibuk cari beasiswa, sekolah lagi.
2015 – 37 tahun, I got Chevening scholarship dan berangkat ke UK! Woohhoo… saya adalah yang tertua di kelas, tertua kedua di geng Chevening Goldsmiths. Masuk angin saban pergantian musim, kurus 6 kilo dalam beberapa bulan.
2016 – 38thn, I got my master degree! Lost my best friend Jon, got my first job after graduate and it is awesome! Got a new title as a gender specialist 😊 you lose some, you got some… ada yang hilang dan ada yang datang. Embrace life!
2017 – 39 thn, I got married! Dengan orang yang sama yang bikin jatuh cinta berkali-kali, melewati ups and down bersama. Setelah 39 tahun hidup sendiri, berbagi itu butuh adaptasi. Hidup nomaden, antara CIimahi, Jakarta, Denpasar dan Berau mengukuhkan identitas ke ‘lumut’ an saya, bisa hidup di mana aja dan ternyata hidup saya cuma perlu 1 koper yang ditarik kemana-mana sepanjang satu tahun setengah ini.
2018 — I am so ready for my 40s
Begitulah…. Mestakung, Semesta Mendukung ketika cita-cita yang baik itu ada dan kita berusaha. Enjoy your life, express yourself, embrace your emotion, and grow old gracefully…..
Makasi banyak Mbak Nita sudah menulis ini. Aku sebenarnya silent reader blogmu sejak dapat beasiswa chevening. Dari dulu pengin banget nyoba beasiswa ke luar negeri tapi ga diizinkan dan aku pun nggak pede banget. Sekarang masuk usia 30 dan mulai bingung lagi apakah masih kekejar untuk kuliah. Baca ini jadi semangat lagi. Thanks!
hi Yulia, makasih banyak sudah meninggalkan pesan. hayok yang semangat yaaa.. kalau mau tanya-tanya soal chevening, sila kontak 🙂