Selesai membaca bagian pertama buku ini, saya langsung bertanya sama diri sendiri, tentu saja, ‘is Jesse has an issue with his mom?’ karena setiap penulis selalu punya pengalaman pribadi di balik cerita yang ditulisnya. But who doesn’t? it doesn’t mean we hate our parents, we love them in our special way J
Bagian pertama buku ini bercerita tentang hubungan anak 9 tahun dengan ibunya yang ditinggal suaminya untuk perempuan lain. Tapi hubungan ibu anak itu dibalut cerita review restaurant yang dibuat si anak setiap kali dia dan ibunya pergi makan. Namanya juga cerita dari sisi anak kecil, cerita ini bikin ngikik sejak halaman pertama, tapi saban menjelang akhir cerita, Jesse menyelipkan kalimat yang selalu bikin saya tertampar.
‘Setiap kali orang dewasa mengatakan sesuatu, mereka pikir itu terbaik untuk kita. Padahal mereka hidup lebih lama dan bergaul dengan lebih banyak orang yang membuat mereka berpikir sama, seperti orang lain. Sementara saya, anak-anak, manusia baru, kami berpikir normal.’
Atau ketika dia bercerita bagaimana sejak ibunya ditinggal selingkuh oleh ayahnya, si ibu tidak lagi mau bergaul dengan sahabat-sahabatnya, apalagi mereka yang berpasangan. Ga mau jadi obat nyamuk, atau kalau istilahnya third wheel. Si anak kepikiran membawa ke atas sepeda roda tiganya ke kamar ibunya dengan menyelipkan pesan,’ini sepeda roda tiga dan kami menyayangimu.’ Ibunya menangis terharu tapi dalam hitungan menit dia berteriak… bawa keluar sepedanya, kotor tahu.
Mom….
Dalam beberapa cerita, si anak dipaksa berdusta oleh ibunya, untuk menjaga reputasi bahwa keluarga mereka baik-baik saja. Dia bilang, orang dewasa terlalu banyak dusta, kami tidak.
Di bagian akhir bab pertama si anak mulai mempertanyakan apakah ibunya benarbenar menyayanginya atau hanya ingin uang sang ayah, karena dalam perjanjian perceraian mereka, ayah akan membiayai semua kegiatan yang mereka lakukan bersama. Tapi ketika ibunya untuk pertama kalinya tersenyum tulus – dari banyak dusta- si anak yakin ibunya membutuhkan dia. Jesse menuliskannya dengan baik
‘Melewati masa susah berdua jauh lebih baik daripada menikmati hidup senang sendirian.’
Buku ini juga bercerita tentang hubungan kakak-adik, ayah-anak dan sahabat yang dikemas penuh humor. Dari cerita yang disampaikan dalam buku ini, saya makin jatuh cinta dengan Jesse Eisenberg, dia bisa tuh bercanda soal Marxist-Socialist, bahwa sebenarnya ga bisa lah semua hal dilakukan bersama-sama, apa mau mati juga kudu bareng?, panjang lebar Jesse bercerita tentang sejarah Serbia-Bosnia yang dibuat canda yang ringan. Dan yang paling seru adalah tentang sunat perempuan, dengan tokohnya adalah Harper, anak tingkat pertama kuliahan yang kaget dengan semua perubahan dalam hidupnya Harper bilang, kalau sunat perempuan Cuma untuk menyenangkan hasrat seksual lelaki, pengen rasanya dia kebiri semua lelaki, potong penisnya, biar tahu rasa! Kenapa harus perempuan yang menderita untuk kepuasan lelaki?
Harper mengajak kita sebagai orang dewasa untuk mengerti remaja putri yang mengalami masa puber, berhadapan dengan cinta pertama, seksualitas sampai emosi yang jumpalitan belum stabil. Orang dewasa akan mudah mengira dia gila, tapi dia bilang, yang dibutuhkannya cuma sebuah kebebasan untuk menjalani hidup dengan caranya, tanpa harus dihakimi. Bahwa yang dibutuhkan seseorang adalah sahabat yang mendengar bukan orang yang menghakimi perbuatannya.
Jesse bisa membuat saya tertawa dalam getir, menertawakan tragedy yang kalau saya membayangkan saya yang menulis pasti dengan cucuran air mata yang lebay. Salah satu yang membuat saya terkesan adalah ketika dia bercerita tentang ‘Self-Healing,’ begini singkatnya
‘Ibu bilang kalau kita sedih, tersenyumlah. Itu akan menstimulus otak untuk berpikir kita bahagia. Maka ketika saya di phk, kemudian diusir dari apartemen karena tak sanggup membayar lalu ditinggal kekasih demi bos saya, saya tersenyum, saya bahagia. Ketika saya membunuh bekas pacar saya dan pacarnya, dan polisi menangkap saya lalu hakim menjatuhkan hukuman mati, saya tersenyum. Ketika listrik ratusan volt menyengat tubuh saya, saya bahagia, pasti saya akan berada di tempat yang paling membahagiakan.’
Bagaimana bisa tertawa untuk cerita seperti itu?
Membaca buku dengan 272 halaman dan habis dalam waktu satu hari (potong malam) saya dibuat tertawa terbahak-bahak dalam ironi. Bagaimana dia menaruh tragedy tak terduga di antara rentetan cerita lucu itu, luar biasa!
Jesse Eisenberg, di luar dugaan saya sebelumnya, humor yang luar biasa cerdas dengan range pengetahuannya yang luas… he must be a nerd! A very funny nerd!…
ps. a very good choice to break from dissertation!