Ibu kos saya bercerita, pembunuh anggota parlemen dari partai buruh, Jo Cox memiliki gangguan jiwa. Sementara dari berita yang sama bilang kalau mantan pacar, tetangganya dan kawankawan dia bilang, lelaki itu memang pendiam dan penyendiri.
Lalu saya berpikir, pendiam dan penyendiri bukan berarti gangguan jiwa, dan lagi, kalau ini yang melakukan adalah mereka kulit berwarna – paling gampang memilah manusia dalam dua kategori; white and color, oh how suck! It is indeed!- maka serta merta media dan masyarakat akan memasukan dia sebagai teroris, lalu telusur lagi agama dan afiliasi politiknya… tapi begitulah bagaimana white supremasi masih berkuasa di dunia ini – dunia yang mana? Yang mundur ke belakang, ketika semua orang menjadi ‘gila’
Mental Illness menurut definisi kamus medis adalah:
men·tal ill·ness
- a broadly inclusive term, generally denoting one or all of the following: 1) a disease of the brain, with predominant behavioral symptoms, as in paresis or acute alcoholism; 2) a disease of the “mind” or personality, evidenced by abnormal behavior, as in hysteria or schizophrenia; also called mental or emotional disease, disturbance, or disorder, or behavior disorder;
See also: behavior disorder. - any psychiatric illness listed in Current Medical Information and Terminology of the American Medical Association or in the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders of the American Psychiatric Association.
See also: behavior disorder.
See: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/mental+illness
Sangat mudah memang berlindung di balik isu gangguan jiwa untuk meminta permakluman atas sebuah tindakan keji. Tapi bukankah gangguan jiwa punya penyebab? Ga mungkin orang gila tetiba…
Kais menjadi gila karena cintanya pada Laila. Cinta membuat Kais kehilangan akal sehatnya, mulutnya hanya bisa bercerita tentang Laila. Reza Aslan dalam bukunya, No god but GOD menuliskan dengan indah:
“Everywhere he went, he sang of Layla’s beauty, extolling her virtues to whoever crossed his path. The longer he went without seeing Layla, the more his love gave way to madness… Kais was mad, it is true. But what is madness? Is it to be consumed by the flames of love? Is the moth mad to immolate itself in the fires of its desire? If so, then yes, Kais was mad. Kais was Majnun (page: 200)
Kais tidak menyakiti siapa pun kecuali dirinya, dia berhenti bersosialisasi, dia berhenti makan dan minum. Kecintaannya pada Laila berujung pada kisah sufisme dalam buku Reza Aslan, kecintaan pada Tuhan, semesta.
Tapi pembunuh itu bukan Kais!
Ketika dia berteriak, Britain First, maka kita tahu, cintanya berlebihan pada negerinya, Inggris Raya. Bukan lagi cinta, ini fanatisme. Collins dictionary menerjemahkan fanaticism sebagai wildly excessive or irrational devotion, dedication, or enthusiasm’ ….. dedikasi irasional!
Seperti fanatisme penggemar sepakbola Rusia vs Inggris yang bertemu dan rusuh di Euro 2016 di Perancis. Fanatisme yang membawa pada kerusakan, pada kematian di ujung senapan ISIS. Fanatisme agama, pada kepercayaan bahwa agama dan kepercayaannya adalah yang paling benar. Marx tidak berlebihan ketika dia bilang agama seperti candu…. Membuat orang irasional, delusional. Tentu saja ini tidak akan bisa diterima orang mereka yang mengaku sangat beragama, yang mengubah diri menjadi malaikat bahkan Tuhan sekalipun. Lupa bahwa kita adalah manusia, yang dalam ajaran agama jelas dituliskan hubungan manusia dengan manusia sama pentingnya dengan hubungan manusia terhadap tuhannya.
Ketika Ibu Sunaeni pemilik warung di Serang yang ditutup paksa oleh satpol PP kemudian difitnah sebagai pembohong, dan dipercaya oleh sebagian yang mengaku beragama, don’t you think you happen to have a mental illness too? Bahwa sangat mudah memfitnah, melakukan yang paling dilarang TUhan untuk membenarkan tindakan yang menurut saya tidak ada pembenaran terhadapnya. Menutup paksa warung = mematikan rezeki orang lain, bukankah itu juga dilarang. Dimana hatimu?
Status saya hari ini adalah bentuk keputusasaan dan marah saya padamu yang berubah menjadi delusional karena fanatisme berlebihan pada agama atau pada negara. Saya menulis “Jangan sampai nasionalisme dan agama mengubahmu menjadi setan. Kamu adalah manusia, maaaa nuuu sssiaaa dengan daging, darah, dan hati…. Oh saya lupa…. Otak!
Kalau tuhan memerintahkan saya untuk membenci orang lain atau bahkan membunuh orang lain, maka biarlah neraka tempat saya berada nanti…. Saya hanya ingin percaya pada nilai kemanusiaan, trying my best not to hurt anyone.
Editorial The Guardian hari ini mengatakan pembunuhan Jo Cox adalah serangan pada kemanusiaan, idealism dan demokrasi (http://www.theguardian.com/commentisfree/2016/jun/16/the-guardian-view-on-jo-cox-an-attack-on-humanity-idealism-and-democracy?CMP=share_btn_tw) …. Jo Cox bukan cuma politisi yang menjadi anggota parlemen Inggris, tapi dia juga dikenal sebagai perempuan idealis yang percaya pada nilai toleransi, multikultur…
To those whoever dreams to have purity of race, blood, nationality and religion…. FUCK YOU!