Sebelum Menyalahkan Kemiskinan Sebagai Kegagalan Individual

Standar

Pernah dengar kalimat ini, ‘Hidup ga semudah cangkeumnya Mario Teguh,’?…. Temen saya sering banget ngomong gini dan saya cuma senyum. Betul banget, hidup ini ga semudah omongan motivator yang mendorongmu untuk terus berusaha dan berusaha, tenggelamkan dirimu pada tuntutan kapitalisme, bahwa hidup ini hitungannya materi, bahagia kalau bisa ikutin passionmu dan hasilnya… tetap dihitung materi. Kalau gagal, stress, itu gagalmu, gagalmu memenuhi tuntutan ‘sosial’… kamu tidak pernah jadi kamu sepenuhnya… Dan mereka yang miskin adalah karena tidak berusaha maksimal, menunggu bantuan dari langit.

Kalau kemiskinan adalah kegagalan individu mengangkat harkat derajatnya seperti tuntutan sosial, lalu dimana peran pemerintah? Kalau kemiskinan bukan lagi isu sosial, lalu buat apa kita bayar pajak untuk pelayanan sosial – pendidikan dan kesehatan dan sebagainya? Kalau kemiskinan tanggungjawab pribadi, buat apa kita memberikan suara untuk para wakil rakyat yang nyaris tidak pernah mewakili suara kita itu? Lalu kita duduk manis sebagai penonton bagimana pemerintah yang kita kasih mandate itu bekerja, lalu ketika kita jatuh miskin adalah kesalahan pribadi? mari berpikir ulang…

Jutaan copy buku tentang bagaimana orang sukses terseok-seok terlebih dulu sebelum mereka naik derajat, orang kaya… coba tengok lagi, apa yang mendukung mereka, latar belakangnya, kiri dan kanan yang mendukung. Apakah 28,51 juta orang Indonesia yang dikategorikan miskin oleh BPS, September 2015, itu punya ‘keistimewaan’ atau kalau bukan disebut ‘keberuntungan’ yang sama dengan 1 persen elit yang menguasai politik dan ekonomi di negeri?

Iyap betul sekali, jangan menunggu bulan jatuh dari pemerintah untuk membantu kemiskinan teratasi. Iyap betul, kita harus berkontribusi pada negeri ini untuk mengatasi kemiskinan, TAPI… jangan hilangkan tanggungjawab pemerintah dari itu… tetap toyor jidat para wakil rakyat yang Cuma bisa hambur hambur pajak kita. Jitak pemerintah kalau angka 28,51 juta itu tidak berkurang tahun ini. Jangan diam, lalu menatap kagum pada Mario Teguh, Rene Suhardono, atau sebut nama motivator lainnya… mereka adalah orang-orang yang beruntung punya peluang untuk maju, mereka bukan 28,51 juta orang itu kawan…

Satu yang perlu samasama kita ingat, orang miskin bekerja lebih berat dari kita. 25 jam kalau perlu hanya untuk dapat tidak lebih dari 50 ribu rupiah perhari untuk makan tiga sampai lima mulut, bahkan lebih. Jangan bilang orang miskin ga boleh punya anak, oh iya kalau KB gratis bisa dilakukan, mungkin, kalau saja para pemuka agama ga terus mendoktrin banyak anak, banyak rezeki dan Allah bakal memberikan jalan.

Selama ada ketidakadilan masih terjadi di sekeliling kita, itu isu sosial kawan, tanggungjawab kita, terutama pemerintah… after all, we vote, we pay tax… they better do their best!! Karena tanggungjawab masalah sosial lagilagi bukan di cangkeumnya Mario Teguh.

kemiskinan01

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s