Kemana Ekonomi Indonesia Bergerak? – Catatan Kuliah Politik Ekonomi

Standar

Ekonomi jelas bukan subjek yang saya suka, meski bekerja sebagai marketing dan dipaksa untuk membaca sedikit di media soal situasi ekonomi. Dosen kompol saya pun terpaksa membaca lebih banyak untuk tema ini, dia bilang, ini kali pertama ekonomi dibahas di kelas kami. Sama-sama belajar.

Sudah tahu tuh pasti kami diminta untuk menjelaskan apa yang terjadi di negara-negara masing-masing terkait politik ekonomi. Kuliah dimulai dengan menjabarkan perbedaan prinsip ekonomi Neoclassical dan Keynesian;

Kata kunci di Neoclassical; free-market, privatisasi, self-interest, rational, supply demand, invisible hand, supply side, shock doctrine

Kata kunci di Keynesian; state regulation, irrational market, full employment, economic stimulus – spend more to earn more, nasionalisasi, welfare state through tax, state intervention, demand site.

Jadi Indonesia ke arah mana Nita? Begitu tanya dosen saya dan 12 pasang mata siap mendengar jawaban dari anak yang berasal dari negara dengan 255,5 juta penduduk, great market.

Saya menatap lagi kata-kata kunci itu dan menjawab, ‘our country ‘forced’ to enter free-market, dengan pasar bebas ASEAN dan pertemuan Presiden dengan Obama untuk Trans Pacific Partnership, which actually I against to, karena ekonomi akan berpihak pada pasar, privatisasi terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Tapi di sisi lain, kami masih punya serikat buruh yang masih ‘kuat,’ pemerintah spending a lot untuk infrastruktur di Indonesia timur supaya memancing investor. Jadi kami ada di antara dua prinsip itu.’

Lalu dia menyimpulkan,”state capitalist” mungkin, lalu soal pajak, siapa yang menolak pajak dinaikan? Sebagian besar dari kami angkat tangan untuk beberapa alasan:

  1. Di tengah persaingan pasar bebas, penaikan pajak bukan opsi yang baik karena investor bisa angkat kaki. Buat Indonesia itu sudah terjadi, beberapa pabrik tutup dan pindah Vietnam. Saya melirik kawan dari Malaysia, meski dia bilang, ekonomi Indonesia sudah sangat bikin Malaysia ketar-ketir sih. Kawan dari Israel langsung protes, kalau negaranya besar, they will stay karena itu pasarnya. Saya jawab, pasar dalam arti konsumen, Indonesia cuma jadi outlet jualan, konsumerisme tapi ga jadi produsen, dimana untungnya? Tapi dalam kebijakannya, pemerintah yang baru akan berpihak pada produk lokal, semoga bener.
  2. Kawan dari Mexico berpendapat, pajak itu selalu dikorup oleh aparat, jadi darimana kita yakin bahwa pajak itu digunakan untuk kemakmuran rakyat… lalu diikuti dengan anggukan yang lain.

Pertanyaan yang juga menggelitik, jadi ekonomi itu science atau political practice? Cuma satu kawan dari Palestina yang menjawab itu science, lainnya sepakat ini murni politik interest, kita aja kadang yang diyakinkan dengan data statistic yang masih perlu ditanya keabsahannya, ini soal manusia. Iya ilmu sosial dong… hmm… temen dari Swedia senyum senyum…

Diskusinya emang mendasar banget soal ekonomi maklumlah kami dari jurusan komunikasi politik yang kepalanya cuma politik hahaha… diskusinya selalu balik kesana.

“Lalu siapa yang baca berita ekonomi di media? Kalau dari bahan bacaan media ekonomi itu cuma dikonsumsi oleh elit politik dan ekonomi dan pengusaha?” Cuma tiga dari 13 yang angkat tangan. Saya tidak.

Saya bilang,”when I was a journalist, I hate if I have to cover economic issue. As a reader I don’t give a damn about the stock market, but if it comes to issues that touches our basic needs kayak harga bahan bakar, kenaikan upah dan persediaan bahan pangan, saya rasa itu menarik buat saya dan banyak orang. Pergolakan politik juga seringkali dipicu oleh isu ini.”

Hari ini, baca komentar kawan tentang buruh yang tak tahu diri meminta kenaikan upah dan pengusaha yang membalasnya dengan penawaran pensiun dini, bikin ngeri dan sedih. Kalau buruh dilemahkan dan pengusaha diberikan sebebasbebasnya, dimana letak kesejahteraan itu berada? Menurutmu bisnis sudah berubah lebih manusiawi? Rasanya belum. Lihat di kasus sawit, begitu apinya mati, isunya penegakan hukumnya pun lalu senyap…. Tahun depan bakar lagi aja!

Free-market bukan jawaban satu-satunya untuk mensejahterakan rakyat, bukan pilihan terbaik juga. Kalau sempat carilah buku ini 23 Things They Don’t Tell You About Capitalism dari Ha – Joon Chang, kritik manis tentang free-market yang enak banget dibaca.

not-a-recession-yet

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s