Saya bukan fans Prof Anthony Giddens, tapi tentu saja pernah membaca tentangnya dan judul kuliah “Sociology and Digital Revolution,” menarik untuk diikuti. Beberapa hal yang catat dalam kuliah malam ini di antaranya, bahwa teknologi digital mengubah formasi kehidupan sosial dengan tiga hal yaitu internet, robotic dan computer super pintar. Salah satu yang paling terasa adalah ketika uang menjadi sebuah barang ilusi karena semua bergerak berputar secara elektronik. “Technology re-shaped the economy, social and politic- democracy.”
Dalam demokrasi, Giddens mengutip Robert Putnam yang mengatakan internet mendorong pada krisis demokrasi, ketika segala hal yang dilakukan oleh politisi, pemimpin negara menjadi gampang terpantau. Politik berjalan seolah menjadi lamban, politisi lebih kelihatan ketika membuat kesalahan. Pada satu dan lain hal, digital revolution can make democracy being threat karena pada akhirnya orang kehilangan kepercayaan pada politik…
Dalam ekonomi, kombinasi internet, computer super cepat dan robotic semakin membuat lapangan kerja yang menggunakan tenaga manusia berkurang, dalam beberapa tahun ke depan akan lebih banyak pekerjaan di tingkat kerah putih saja – white collar task, this is the threat of future profession.
Teknologi membuat perubahan dalam perang terhadap terorisme, cyber war, cyber crime bakal jadi hal yang paling menakutkan.
“Everything in social life has change, in a way that we don’t know how to accept, but its profound, transformation is happening. “ Lalu Giddens mengatakan sesuatu tentang singularity, tentang manusia yang akan tergantikan oleh mesin, ini bukan hal yang tidak mungkin. Bahkan di dunia kedokteran, genetik manusia sudah bisa digantikan berkat teknologi.
Kuliah ditutup dengan pesan, “take the advantage of it (digital revolution) but at the same time, simplify life, have a decent life to retain control of your own life from this (digital) invasion which subversively changed our emotion and identity.”
Tanpa mengurangi hormat saya pada Giddens, ada beberapa hal yang mengganggu di kepala, yang tak sempat tersampaikan karena waktunya pendek. Mengutip tokoh popular culture John Fiske, bahwa bukan teknologi yang mengubah kehidupan sosial, tetapi siapa yang mengendalikan teknologi dan pesan apa yang disampaikannya. Teknologi itu cuma cara. Dalam dunia yang dikuasai kepentingan politik dan bisnis, maka kita akan tahu siapa yang berkepentingan mengendalikan teknologi yang kita gunakan secara sadar maupun tidak.
Dan Stuart Hall bilang bahwa sebagai penerima pesan, manusia itu aktif kok, mencerna segalanya sesuatu dengan background budaya dan pendidikannya, tidak serta merta mudah dikendalikan oleh pesan yang disampaikan lewat teknologi itu.
Lalu kenapa juga demokrasi harus merasa terancam dengan kehadiran teknologi? Menurut saya ini adalah format baru yang bisa digunakan untuk menggairahkan partisipasi politik lewat cara-cara yang lebih mudah dan cepat. Dari turun ke jalan minta tandatangan, sudah ada petisi online. Ada banyak kasus petisi online lewat Change.org berhasil mengubah kebijakan pemerintah. Itu bentuk partisipasi politik yang nyata. Pendapat saya yang ini disampaikan dalam kuliah kemarin, pas prof saya merasa petisi online dan twitter itu bukan bentuk partisipasi politik. Berpikir baiknya, dia mengetes kami aja. Tapi dalam beberapa literature, masih banyak yang tradisional cara pikirnya bahwa partisipasi politik adalah datang memberikan suara pas pemilu atau berdebat secara tatap muka, demonstrasi di jalan. Belum lagi weblogging itu bentuk nyata dari penyataan sikap dari individu, warga negara terhadap sesuatu, terhadap yang urusannya dengan kehidupan politik.
Berbeda pendapat dengan dua orang besar itu rasanya gimana itu, rasanya otak ini akhirnya terstimulus untuk berpikir lebih jauh dan jauh lagi. Dalam ilmu sosial tidak ada teori yang serratus persen dianggap benar, harus begitu namanya manusia kan kompleks hidup dan cara pikirnya. Saya sedang merasa dapat energy baru untuk beneran belajar hahaha, selama ini ngapain ajaaa hahaha … makin haus untuk belajar… lalu tetiba kepikiran lanjut ke S3 (padahal essay aja bikin kepala cenut cenut)
Pastinya… 👍