Segerombolan pemuda tanggung merapat di antrian permainan semacam kemidi puter. Sebagian dari mereka sibuk bicara sambil menenggak bir di gelas plastik dan tangan kanan memegang pedang menyala warna warni. Tapi satu pemuda hanya memasang telinga mendengar percakapan itu dengan mata yang tak lepas dari gerombolan gadis tanggung yang juga berbaris di dalam antrian. Barangkali hatinya berharap si gadis menengoklah ke belakang, lalu tersenyumlah…
Dalam antrian lain di tempat jualan kopi dan coklat panas, berdiri di depan saya lelaki dengan jaket panjang mirip Sherlock, lengkap dengan syal dan memegang payung bergagang panjang. Di sebelahnya gadis cantik berjaket coklat. Usia mereka sekitar akhir dan pertengahan dua puluhan. Bercakap, saling menatap tapi tak saling menggenggam tangan. Bukan sahabat karena mereka berbicara dalam nada pelan, tidak maen tepok tepokan lalu ngakak bersama selayaknya saya dan sahabat lelaki saya. Rasanya mereka terjebak kencan buta yang diatur oleh sahabat mereka. Percakapan yang canggung. Tapi kalau si gadis tak suka, sayang sekali, lelaki ini sungguh mirip filmfilm lelaki Inggris yang sangat anggun dalam pakaian dan tindak tanduk, a real gentlemen.
Di tempat permainan lempar bola, seorang lelaki rela membayar 2×4 poundsterling untuk bisa menang dan memberikan boneka super besar pada calon kekasihnya. Iyalah ini Cuma ada saat proses pendekatan, lelaki maupun perempuan akan rela berkorban lebih banyak untuk menyenangkan calon pasangannya. Kalau sudah jadian, hmm… hitungannya akan lain lagi.
Di tempat yang sama, seorang bapak sibuk menenangkan anak gadisnya yang kecewa karena gagal mendapatkan boneka besar sebagai hadiah. Bapaknya gagal menjatuhkan enam kaleng susu dengan lemparan bola. Sementara bapak yang lain sibuk memoto anak gadisnya yang sumringah memegang hadiah boneka besar. Anak itu pasti bangga sekali pada ayahnya. Tetiba kangen papi…. Huhuhu …. Ayah adalah kekasih pertama untuk seorang anak perempuan.
Dua tiga keluarga yang lama tak bersua membuat janji menghabiskan beberapa jam di tempat ini. Mereka saling bertanya kabar, berapa anak sekarang dan bagaimana keadaan mereka, sambal menuang anggur di gelas kertas.
Di langit hujan bubuk mesiu dengan warna-warni ceria kembang api, mereka berpegang tangan, merapatkan badan dan berciuman…. Lalu sepi… aku hanya bisa merindumu…