Sudah dua bulan saban kali saya berniat membeli kontainer plastik, mami selalu menghalangi. “Nanti aja sama si akang kredit, biasa juga sama dia. Itu lemari kakak, boks plastik bukubuku kamu di dapur, semua kredit sama si akang,” begitu kata mami.
Seperti biasa memang. Mami seneng banget membeli sesuatu dari abang kredit yang datang lewat rumah. Bahkan untuk sesuatu yang sebenarnya bisa dia beli dengan tunai, sandal kayu seharga 30ribu rupiah. Tapi dia rela loh ditagih seribu rupiah per hari untuk sandal kayu itu, atau nanti tiga bulan kemudian. Seperti menjadi viral di kalangan tukang kredit, setiap hari ada saja yang datang menawarkan barang kredit yang selalu luput ditolaknya. Jadilah saban ada kesempatan nongkrong di rumah mami, bisa tuh ketemu tukang kredit 10 orang dalam satu hari. Saya pernah menawarkan agar semua tukang kredit itu saya yang melunasi, tapi kata mami,”jangan, kalau kamu lunasi, putuslah silaturahmi dan rezeki mereka karena kan mereka hidup dari setoran itu”
Bukan karena tak sanggup membeli tunai, bukan karena senang punya hutang, tapi kata mami, kredit itu membantu si akang untuk tetap langgeng usahanya, dan akang-akang lainnya, tukang sepatu, lemari, selimut. Ada juga koperasi simpan pinjam yang meminjamkan modal usaha kecil maksimal lima ratus ribu rupiah. Satu tahun kemudian, mami terima deviden dari koperasi itu. Lagi-lagi kalau kami, anak-anaknya komentar, mami Cuma nyahut… gimana ya, kasihan kalau ga diutang…. Whaaat huhuhu…
Karena kelamaan menanti tukang kredit langganan mami, kemarin saya ajak mami ke ace hardware dan membeli kontainer plastik itu, akhirnya. Tapi begitu dia liat saya membayarnya dengan menggesek kartu kredit, mami Cuma senyum…. “apa bedanya sama mami yang kredit ke si akang. Gesek kartu kredit itu menguntungkan siapa?”
Pertanyaan mami ngejleb dan ga bisa saya jawab.
Kartu kredit itu saya akui macam setan yang menggoda untuk digunakan setiap saat, bahkan untuk secangkir kopi yang sebenarnya bisa saya beli tunai. Kartu kredit itu macam status sosial, ketika saya di bandara mendapatkan ruang tunggu yang lebih nyaman, pelayanan yang sangat ramah dan makan sepuasnya dengan harga yang ga murah. Ditawarkan juga kemudahan di banyak tempat sementara sadar tidak ada hal yang gratis.
Kartu kredit yang petugasnya justru kesal kalau kita bilang mau melunasi semuanya dan berhenti berlangganan, mereka juga hidup dari situ soalnya. Yang marketingnya saban saat manis sekali menawarkan produk baru tapi sungguh kejam debt collectornya saat kita telat satu bulan, bahkan menurunkan batas kredit… aha itu baru saja terjadi pada saya… diturunkan batas kredit itu justru anugerah kakak hahaha…
Sepanjang pulang dari AceHardware saya tertunduk malu, kalau bersabar saya juga bisa membantu si abang kredit kontainer plastik.