Hari Minggu lalu, sahabat saya menikah. Saya diminta menjadi penanggungjawab acara, seneng banget. Sehari kemudian, baru ngeh, alamak saya ini lajang terakhir dalam kelompok pertemanan kecil kami. Kelompok yang sama maksud adalah pertemanan yang terbentuk di KBR68H sejak 2002. Aih, kalau ada piala bergilir, saya penerima terakhir.
Apakah menjadi lajang menyedihkan dan kesepian?
Begini.
Hidup ini berubah, kita diminta beradaptasi dengannya. Saya adalah extrovert, energi saya ada di mereka, sahabat-sahabat tercinta. Saya terbiasa mengganggu dan diganggu oleh mereka ketika satu dari kami galau, bisa jam 2 pagi ditelpon untuk curhat di pojokan Amerika di Sarinah sampai pagi menjelang. Saya menyebutnya pojok Amerika, karena starbucks, burger king, oh la la, pizza hut dan mc.donald ada di situ. Atau sekedar curhat di telepon.
Tapi kemudian, satu satu tali pertemanan melonggar. Pernikahan sahabat pertama kali di tahun 2005 lalu beruntun hampir setiap tahun. Pertemuan tak lagi komplit karena dengan alasan yang bertambah, kalau kemarin karena kerja, kali ini karena suami, lalu anak dan sebagainya.
Akui saja, iya pada banyak kesempatan, kesepian. Ada saat ketika saya membutuhkan teman untuk cerita, tapi tak ada yang bisa diganggu. But that’s life, you responsible for your own life and happiness basically. Dan setiap dari kita diberkati pribadi yang ekstrovert dan introvert, semua cuma masalah mana yang lebih dominan dipakai.
Lalu proses adaptasi terjadi. Pada banyak kesempatan lagi, saya belajar untuk menggali pribadi yang introvert dalam diri saya. Makin sering bercerita di blog, menulis puisi atau cerpen bahkan novel. Makin jarang sebenarnya bercerita dengan para sahabat tentang apa yang terjadi dalam hidup saya. Kalau ada kesempatan bertemu, barulah cerita itu muncul. Saya tak lagi manja dengan sibuk menelpon siapa pun ketika gundah… ah sudahlah.
Itu cara saya menghargai kehidupan baru para sahabat, toh besok, saya akan ada di posisi yang sama. Mana lah bisa suami ada di sebelah, tetiba sahabat lelaki saya berteriak di telepon dan minta ditemani minum kopi jam 2 dinihari. Bisa dikemplang!
Atau cara lain adalah mencari sahabat single lainnya yang masih bisa diajak nonton bioskop, makan, belanja atau nongkrong secara spontan.Tapi tetap bersiap, segalanya bisa berubah seperti di atas. Kamu akan sendiri lagi. ahay.
Satu hal yang saya pelajari, secanggih apa pun teknologi yang ada dan sarana komunikasi makin banyak, tak ada yang bisa menggantikan hangatnya pelukan sahabat ketika hatimu terluka.
I miss you all ….
Artikel yang menarik, menyentuh persahabatan, Semoga sukses