Terima kasih kepada sepatu gunung bermerek Eiger yang untuk kesekian kalinya saya beli selalu copot dibagian talinya. Ah kacrut! Akhirnya saya terpaksa beli sepatu yang ringan untuk jalan-jalan.
Dalam rumus penggila belanja yang saya buat sendiri, sekali belanja, berikutnya sulit menolak godaan. Betul?? Karena saat beli sepatu misalnya, secara otomatis mata ini tertarik untuk melihat etalase lain di dalam toko yang sama, ada jam tangan mungil, ada kacamata harry potter yang bikin saya nelangsa karena mahalnya dan ada banyak baju yang bikin gemes minta dibeli. Kartu kredit saya simpan jauh-jauh sampai lupa ada dimana. Ahay saya selamat…. Belum…
Ini sepatu yang saya beli. Kata teman saya baby shoes. Harganya tebak…. 10ribu won saja! Alias 100ribu rupiah. Tahukah klimaks atau orgasme bagi penggila belanja? Kalau bisa beli barang bagus dengan harga semurah mungkin.
Dari sepatu, lalu setiap hari saya pergi ke toko baju rajutan berselang satu blok dari toko sepatu. Memandangi tanpa daya sebuah baju rajutan yang harga minimalnya 10ribu won! Tapi uang saya harus dieman-eman agar tak sengsara saat pulang nanti. Sampai di hari saya meninggalkan Myeongdong untuk pindah ke wilayah Itaewon, saya hanya beli anting-anting lucu ini seharga 1000won.
Kirain di Itaewon ga bakal belanja. Ternyata menyerah pada sebuah cincin lucu yang menunjukkan kalender, barangkali karena saya takut lupa. Cincin ini harganya 15ribu won. Iya mahal *tertunduk*
Di samping tiga barang di atas, saya juga belanja tas punggung ala Korea 35ribu won itu padahal sudah belanjanya di pasar tradisional Namdaemun loh. Lalu beberapa perintilan oleholeh untuk teman dan keluarga. Setelah itu tutup mata sampai waktunya pulang. Syukurlah saya masih bisa pulang dengan naik bus 15ribu won dari Itaewon ke bandara dan sisa 40ribu won. Itu sukses “backpackeran”namanya bisa pulang jalanjalan tanpa hutang 😉